by

Ada Kafe MOO N3N3N dan Ranjang 69 di Depok

Inilah salah satu nama kafe di Kota Depok; Ranjang 69
Inilah salah satu nama kafe di Kota Depok; Ranjang 69
Kafe MO N3N3N di Depok ini bikin heboh dan walikota diminta segera bertindak.
Kafe MO N3N3N di Depok ini bikin heboh dan walikota diminta segera bertindak.

Depokrayanews.com- Kota Depok kini tumbuh menjadi kreatif. Begitu banyak industri kreatif bermunculan, mulai dari pengolahan limbah sampai industri pengembangan dari yang sudah ada.

Tapi sayangnya, yang lebih menonjol adalah industri kreatif yang bernuangsa negatif, meskipun itu kadang masih dalam ranah kreatif tadi.

Masih ingat dengan Mi Bikini yang begitu menghebohkan? Siapa sangka mi itu diproduksi oleh seorang mahasiswi sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung asal Kota Depok.

Ada lagi produsen minuman keras oplosan terbesar di Jabodetabek. Lagi-lagi adanya di Depok yakni di wilayah Tapos. Semua miras oplosan yang beredar di Jabodetabek, dipastikan berasal dari daerah ini. Pabrik itu dikelola seorang ibu rumah tangga, tapi suaminya polisi.

Kemudian di Depok ada sejumlah kafe yang bernungsa pornografi, meskipun pada dasarnya masih dalam koridor normal. Yang membuat kafe-kafe itu menjadi hebos karena menggunakan nama yang berbau pornografi. Ada kafe MOO N3N3N, kafe Yuk Nyusu, dan ada lagi Mi Ranjang 69. Selain nama berbau porno ada lagi kafe Penjara, dan Kafe Hospitality.

Pada menunya kafe-kafe itu membuat nama yang berbau pornografi. Bahkan Kafe Ranjang 69 misalnya,membuat takeline: Jagonya Basah-basahan. Begitu juga dengan brosur-brosur mereka. Lihat misalnya brosur Kafe Ranjang 69, lengkap dengan gambar ranjang dan bantal.

Kehadiran kafe-kafe berbau pornografi itu sudah mulai mengusik kenyamanan dan ketenangan masyarakat Kota Depok. Apalagi kafe-kafe itu berdiri di kawasan pusat pendidikan Kota Depok.

“Saya pikir Pemerintah Kota Depok harus proaktif lah. Sering turun ke lapangan, bertemu dengan masyarakat. Jangan hanya acara serimonial-serimonial yang tidak ada manfaatnya bagi masyarakat.” kata Ikhsan. seorang tokoh pemuda di kawasan Kelapa Dua, Depok.

Dia melihat pemerintah terkesan membiarkan bermunculannya kafe-kafe dengan nama yang tidak etis dan tidak mendidik.

“Bayangkan Kepala Dua Depok ini sudah menjadi salah satu pusat pendidikan di Depok. Tapi di sekelilingnya bermunculan kafe-kafe, tempat mahasiswa nongkrong sampai tengah malam. Ini siapa yang mesti mengawasi,” kata dia.

Lain lagi komentar Rahmad, seorang mahasiswa sebuah perguruan swasta di Depok. Satu sisi dia merasa senang ada tempat-tempat kuliner di Depok. Tapi di sisi lain dia sedih dengan munculnya kafe-kafe bernuangsa pornografi.

“Katanya Depok kota religius, tapi pada kenyataanya itu hanya sebuah selogan. Apa buktinya, apa indikatornya kota religius. Coba lihat kafe-kafe itu. Coba cek tempat hiburan lain seperti karaoke. apa yang terjadi di situ,” kata Rahmad.

Dia berharap pemerintah hadir di tengah masyarakat. “Sudahlah, walikota dan wakil walikotanya turun ke lapangan, tapi jangan pakai protokoler atau dijadwalkan. Sidak saja biar tahu apa yang terjadi,” kata Rahmad. (ris)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 comment