by

Ada Kisruh di Tubuh PSSI, Ini Penyebabnya

Inilah dua sosok pucuk pimpinan PSSI yang mulai tidak harmonis. Mochamad Iriawan dan Cucu Somantri

Depokrayanews.com- Setelah mundurnya Ratu Tisha Destria sebagai sekretaris jenderal (Sekjen) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pada Senin 13 April 2020, satu per satu persoalan yang tengah melilit tubuh kepengurusan PSSI terkuat.

Yang terbaru, dua sosok di pucuk pimpinan PSSI, yakni ketua umum Mochamad Iriawan dan wakilnya, Cucu Somantri belakangan dikabarkan tidak harmonis.

Ini setelah Cucu Somantri, yang merupakan Direktur Utama PT LIB selaku operator kompetisi Liga 1 2020, menjadikan anaknya, Pradana Aditya Wicaksana sebagai General Manager (GM) PT LIB.

Sebelum kejadian ini, Iriawan juga disebut-sebut sudah melakukan praktik serupa. Iwan Bule, sapaam Iriawan, mengangkat adik iparnya, Maaike Ira Puspita, sebagai Wakil Sekjen PSSI. Padahal sejatinya, jabatan itu tidak pernah ada pada kepengurusan sebelum-sebelumnya.

Situasi makin keruh ketika Cucu beberapa kali dianggap salah bicara kepada media. Salah satunya saat ia menyebut Maaike Ira bakal mengisi posisi Sekjen PSSI yang ditinggal Ratu Tisha Destria.

Pernyataan tersebut langsung dibantah oleh beberapa anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI. Bahkan, cibiran juga muncul bahwa Cucu harus lebih paham statuta PSSI.

Kisruh di tubuh PSSI itu menjadi sorotan dari jurnalis senior yang juga komentator sepakbola kenamaan Tanah Air, M Kusnaeni, mengaku prihatin.

Pria yang akrab disapa Bung Kus itu pun meminta kedua pihak, yakni Mochamad Iriawan dan Cucu Somantri segera bicara empat mata dan mengakhiri kekisruhan ini.

“Akhir-akhir ini saya merasakan keprihatinan yang mendalam terhadap PSSI. Dua pucuk pimpinan PSSI seperti saling bersilang jalan dan pemikiran dalam sejumlah isu krusial,” sesal Kusnaeni dalam keterangan resminya, Senin 27 April 2020.

“Sebelum terlalu jauh, ini baiknya segera diakhiri, diselesaikan agar tidak ada ‘penumpang gelap’ yang masuk membawa kepentingannya sendiri dan menodai kekhusyukan bulan Ramadan,” kata dia

“Caranya sederhana saja, tabayyun. Ini tradisi dan cara kaum muslim untuk menyelesaikan masalah. Pak Iwan Bule dan Pak Cucu sebaiknya segera bertemu dan hanya berdua. Bertemu lagi dengan senyum, tawa dan semangat yang sama saat kampanye untuk KLB PSSI, beberapa bulan lalu,” kata dia.

Menurut Kusnaeni, jika benar memang ada kerenggangan, maka itu akan sangat tidak bagus. Pasalnya di situasi saat ini, PSSI membutuhkan kekuatan yang solid untuk menyelesaikan masalah.

“Saya menaruh harapan besar kepada mereka untuk kembali bergandengan tangan. Karena kita butuh kepemimpinan yang solid itu di tengah situasi sulit akibat pandemi (COVID-19) ini. Lebih dari itu, soliditas PSSI itu prasyarat mutlak untuk tantangan yang lebih besar, Piala Dunia U-20 (yang akan dihelat di Indonesia pada 2021,” kata Bung Kus.

“Ini pertaruhan harga diri bangsa, dan PSSI adalah ujung tombaknya. Saya berharap para pimpinan PSSI mendengar suara hati publik sepakbola Indonesia,” lanjut pria berkacamata yang juga pernah mencalonkan diri menjadi Wakil Ketua Umum PSSI itu.

“Mumpung masih dalam suasana HUT PSSI, mari kita kembali ke spirit utama kita bahwa PSSI ini adalat alat perjuangan bangsa. Lupakan ego dan kepentingan individu maupun kelompok. Kita harus kembali melangkah bersama membangun PSSI, membuat Indonesia bangga,” kata dia. (mad)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *