by

Aksi Ketuk Pintu, Cara Depok Mewujudkan Kota Bersih

Walikota Depok Mohammad idris meresmikan gerakan Aksi Ketuk Pintu.
Walikota Depok Mohammad idris meresmikan gerakan Aksi Ketuk Pintu.

Depokrayanews.com- Produksi sampah di Kota Depok kini sudah mencapai 1.200 ton per hari. Dan jumlah itu akan terus meningkat, seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang kini mencapai 2 juta jiwa.

Sementara daya tampung Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung sudah tidak memadai lagi. Hampir semua lahan yang ada di TPA Cipayung yakni 9 hektar (dari 11 hektar yang ada) sudah hampir penuh.

Walikota Depok, Mohammad Idris memberi waktu hanya sampai akhir 2017 untuk memanfaatkan TPA Cipayung. “Setelah 2017 harus ada alternatif lain, karena TPA Cipayung sudah tidak layak lagi,” kata Idris.

Sementara bank sampah yang sudah lebih dari 500 ada di Kota Depok, belum secara signifikan membantu mengurangi pasokan sampah ke TPA Cipayung.

Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Pemerintah Kota Depok, Etty Suryahati menyebut, hanya 62 persen sampah yang ada di Kota Depok bisa terangkut ke TPA. Sisanya, masih ada di beberapa lokasi tempat pembuangan sampah (TPS)

Sejak beberapa pekan terakhir, DKP berupaya untuk mengosongkan semua TPS, tapi belum maksimal, karena keterbatasan daya tampung TPA Cipayung dan armada pengangkutan.

Dari data DKP, produksi sampah yang paling banyak adalah dari rumah tangga. Kemudian baru sampah dari pasar.

Karena itu, DKP bekerjasama dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH) membuat gerakan yang disebut dengan “Aksi Ketuk Pintu”.

Kenapa ketuk pintu? “Kita ingin melibatkan masyarakat secara langsung membantu menyelesaikan persoalan sampah,” kata Kepala BLH, Kania Parwati. Menurut Kania. tidak mungkin persoalan sampah hanya diserahkan kepada pemerintah semata, tapi harus melibatkan semua pihak, termasuk masyarakat.

Agar gerakan ini menjadi aksibanyak pihak, maka Walikota Depok Mohammad Idris sengaja melaunching “Aksi Ketuk Pintu” ini, dalam sebuah acara di taman Jalan Nusantara, Kota Depok, Jumat (4/11/2016) dengan melibatkan masyarakat, lurah, camat sampai kepala dinas.

“Kami ingin melibatkan semua pihak, karena tidak mungkin persoalan sampah ini hanya diserahkan kepada pemerintah Kota Depok. Mari sama-sama kita atasi, mulai dari lingkungan terkecil. rumah tangga kita masing-masing, toko atau kantor kita masing-masing. Sediakanlah tempat sampah organik dan non organik di lingkungan terkecil kita masing-masing,” kata walikota.

Sebagai bukti keterlibatan masyarakat dan dunia usaha, sejumlah pengusaha kemudian menyumbangkan tempat sampah dan pohon kepada Pemerintah Kota Depok. Secara simbolis sumbangan itu diserahkan langsung kepada walikota. Dari walikota kemudian diserahkan ke dinas terkait

Sejumlah organisasi masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat (LSM), seperti komunitas hijau, terlibat langsung dalam program ini, sebagai salah satu ujung tombak gerakan bersih-bersih Kota Depok.

Aksi Ketuk Pintu itu tidak hanya menangkut persoalan sampah, tapi juga bidang lain seperti penghijauan. Menurut Kania, ada lima aksi yang dilakukan melalui program itu yakni:
1. Menjaga Kebersihan.
2. Tanam dan Pelihara Pohon.
3. Pilah 5 jenis sampah yakni organik basah, organik kering, anorganik, residu dan B3.
4. Dukung kantong plastik tidak gratis dan
5. Hindari penggunaan styrofoam untuk wadah atau kemasan makanan atau minuman.

Untuk mendukung gerakan itu, Walikota Depok telah mengeluarkan Peraturan Walikota (Perwal) nomor 58 Tahun 2016 tentang pengurangan sampah melalui pengurangan penggunaan kantong belanja plastik dan wadah atau kemasan makanan dan minuman tertanggal 24 Oktober 2016.

Menurut walikota, penerbitan Perwal itu sesuai amanah undang-undang nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah dan surat edaran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor SE.6/PSLB3/PS/PLB.0/5/2016 tentang pengurangan sampah plastik melalui penerapan kantong belanja plastik sekali pakai tidak gratis. tanggal 31 Mei 2016, serta surat edaran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor SE.12/PSLB3/PS/PLB.0/3/2016 tentang langkah-langkah pengurangan sampah sisa makanan dan wadah atau kemasan makanan dan minuman.

Walikota Depok menunjukan kantong pengganti kantong plastik.
Walikota Depok menunjukan kantong pengganti kantong plastik.

Untuk memastikan upaya ini bisa berjalan baik, usai melaunching program Aksi Ketuk Pintu, walikota yang didampingi Wakil Walikota Depok Pradi Supriatna meninjau salah satu minimarket yang ada di Jalan Nusantara, tidak jauh dari lokasi acara

Kania Parwati memastikan program Aksi Ketuk Pintu itu bisa berjalan baik dengan turun langsung ke lapangan, termasuk ke kecamatan dan kelurahan-kelurahan.

“Tim kami dari BLH sudah melakukan program ini sejak beberapa pekan lalu. Kami datangi rumah satu per satu untuk menjelaskan program ini,” kata Kania

Memang suatu hal yang mustahil kalau kemudian program ini hanya dilakukan oleh BLH. Bayangkan berapa ratus ribu rumah dan toko yang ada di Kota Depok. Butuh waktu berbulan-bulan untuk bisa mengetuk pintu rumah satu per satu. “Ya, tidak mungkinlah. Kami melibatkan RT dan RW,” kata Kania.

Menurut walikota, bila program Aksi Ketuk Pintu dengan lima tujuan itu bisa terlaksana dengan baik, suatu saat Depok akan menjadi kota yang bersih. “Kalau menjadi kota bebas sampah sama sekali, tidak mungkin,” kata walikota.

Mantan wakil walikota Depok itu kemudian menceritakan hasil kunjunganm studi banding ke Kota Balik Papan, Kalimantan, yang sudah 18 kali meraih predikat sebagai kota terbersih, sehingga meraih Adipura.

Walikota Depok Mohammad Idris didampingi Wakil Walikota Depok Pradi Supriatna menyerahkan pohon kepada Kepala BLH Kania Paraswati.
Walikota Depok Mohammad Idris didampingi Wakil Walikota Depok Pradi Supriatna menyerahkan pohon kepada Kepala BLH Kania Paraswati.

Kenapa Kota Balik Papan bisa meraih Adipura sebanyak 18 kali? Ternyata banyak faktor pendukung. Lokasi TPA nya mencapai 45 hektar. ”Sehingga Kota Balik Papan belum pusing memikirkan di mana mau membuang sampah, karena TPA nya 45 hektar. Sedangkan Kota Depok dengan 2 juta jiwa hanya punya 9 hektar,” kata Idris.

Kemudian, Kota Balik Papan juga punya 14 hektar taman kota dan 50 hektar hutan lindung. ”Faktor-faktor seperti itu juga sangat berpengaruh terhadap penilaian Adipura,” kata Idris.

Namun demikian, Kota Balik Papan, belum punya bank sampah. Suatu saat, ketika lahan TPA sudah terbatas, Kota Balik Papan juga akan membutuhkan bank sampah. ”Makanya, mereka ingin belajar soal bank sampah dengan Kota Depok,” tegas Idris.

Idris mengakui, Kota Depok punya mimpi yang besar untuk bisa menjadi Kota Bersih, sehingga bisa meraih Adipura. Berbagai cara kini tengah dilakukan, termasuk dengan aksi Ketuk Pintu.

Idris mengakui, masyarakat Kota Depok belum terbiasa memilah sampah, sehingga perlu sosialisasi yang tidak boleh berhenti sampai aksi memilah sampah itu menjadi sebuah kebiasaan.

Selain 1 TPA, Depok punya 36 UPS. Sedangkan jumlah kelurahan ada 63. Artinya, dua kelurahan punya 1 UPS. Jumlah ini memang belum ideal, apalagi sampah itu harus diangkut ke UPS-UPS.

Dengan Aksi Ketuk Pintu, walikota berharap sampah yang masuk ke UPS dan TPA berkurang drastis. Apalagi ada sampah-sampah yang bisa didaur ulang, bisa dimanfaatkan untuk keperluan lain. Botol-botol plastik dan sebaganya bisa diserahkan ke bank sampah, untuk kemudian masuk ke pabrik.

Tinggal bagaimana Aksi Ketuk Pintu ini menjadi sebuah kesadaran bersama, bukan hanya oleh pemerintah, apalagi hanya oleh BLH dan DKP, tapi oleh semua dinas, sampai ke camat dan lurah bisa menjadi motor penggerak, sehingga menjadi gerakan yang masif.

Kalau ini berhasil, Depok akan menjadi kota yang bersih dan sehat yang pada akhirnya dinikmati oleh masyarakat banya. (ad)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *