by

AWAS, PREDATOR MENGANCAM ANAK-ANAK KITA


Oleh Dindin Machfudz
*)

TAK syak lagi, ancaman terhadap keselamatan anak-anak kita kini semakin mengkhawatirkan. Tunas-tunas bangsa ini seakan dikepung dan diintai setiap saat oleh para predator ganas.

Terakhir, seorang gadis remaja usia 12 tahun diperkosa oleh 4 predator di hutan kota, Jakarta Utara. Sebelumnya di Medan, seorang gadis belia pelajar SD usia 8 tahun diperkosa oleh kepala sekolah, guru dan penjaga sekolah hingga sang bocah itu menderita infeksi HIV.

Lain lagi nasib buruk bocah perempuan siswa SD usia 11 tahun di Cirebon. Ia diperkosa oleh ayah tirinya yang oknum Polisi sejak usia 9 tahun. Termasuk pemerkosaan di pagi hari di saat sang bocah hendak berangkat ke sekolah dengan pakaian seragam SD-nya yang roknya warna merah.

Kini sang Ibu bocah tersebut meminta bantuan hukum Pengacara kondang Hotman Paris Hutapea, dan segera saja direspons positif oleh Kapolda Jabar Irjen Pol Sultana untuk menindaklanjuti kasus dimaksud dan menindak tegas oknum Polisi jahat tersebut.

Dan yang tak kalah menyedihkan adalah perbuatan pimpinan Ponpes di Bandung Herry Wiryawan dalam kasus pemerkosaan terhadap belasan santriwatinya hingga hamil. Bahkan ada santriwati yang dipaksa hamil dua kali.

Sementara di Depok seorang ayah, A, berusia 48 tahun, tega memperkosa anak kandungnya yang berusia 11 tahun. Dan kemudian pengadilan memvonis pelaku dengan hukuman penjara 20 tahun.

***
LANTAS, apa penderitaan akibat pemerkosaan tersebut bagi si korban?

Sejumlah pakar Psikologi dan Kedokteran serta disiplin ilmu lainnya yang tergabung dalam lembaga penelitian Ramapo College of New Jersey dalam laporannya menyebutkan sebagai berikut :
Secara fisikis antara lain gangguan berupa sulit tidur, sakit kepala, gangguan pencernaan, gangguan pada organ reproduksi, hamil, infeksi HIV dan penyakit kelamin lainnya.

Sedangkan secara psikis adalah depresi, traumatik, rasa muak atau kebencian yang mendalam, merosotnya harga diri, tidak berdaya, demosi atau menurunnya produktivitas atau semangat bekerja di kantor, menurunnya semangat belajar di sekolah atau kampus, kekacauan memori, mengasingkan diri, hambatan relationship, hidup terasa hampa, ingin bunuh diri. Hal yang relatif sama juga diungkapkan oleh INRS (Institut National de la Researche Scientifique) Perancis dan lembaga sejenis lainnya.

Ada pun efek atau dampak khusus terhadap anak-anak yang menjadi korban pemerkosaan adalah lebih parah dan dengan durasi lebih lama.

Menurut pakar Psikologi Klinis dari University of New Hampshire Angela Browne dan David Finkolher, dampak atau akibat pemerkosaan terhadap anak-anak berdasarkan studi empirikal adalah :
A fear, anxiety, depression, ager and hostility, agression, and sexually inappropriate behavior. Frequently reported longterm effect include depression and self destructif behavior, anciety, feelings of isolation and stigma, poor self-esteem, difficulty in trusting others, tendency toward revictim, substance abuse and sexual maladjusment (ResearchGate, Impact of Child Sexual Abuse : A Review of The Research).

Sementara sebuah lembaga di Tanah Air yang memiliki kepedulian terhadap perlindungan Anak-anak korban pemerkosaan yang dikutip dari laman www.guesehat.com merinci dampak buruk pemerkosaan terhadap Anak-anak adalah sebagai berikut :

1. Anak menjadi pribadi yang tertutup,
2. Timbul perasaan bersalah
3. Timbul ketakutan atau fobia tertentu
4. Mengidap traumatik
5. Berpotensi menjadi anak yang agresif dan atau tindak kriminal
6. Susah makan dan tidur
7. Terjangkit penyakit menular kelamin
8. Mengalami disfungsi seksual
9.Tidak mau bersosialisasi dengan lingkungan luar
10. Mudah takut dan cemas berlebihan
11. Prestasi akademis di sekolah alami penurunan
12. Terhambatnya tumbuh kembang anak secara psikis.

Padahal seperti kita maklumi, angka kejahatan atau kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak terus meningkat dari tahun ke tahun.

Menurut Laporan Tahunan Kementerian Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak, tercatat 11.057 kasus kekerasan pada anak tahun 2019 dengan korban 12.285 anak, lalu meningkat menjadi 11.278 kasus pada tahun 2020 dengan jumlah korban 12.425 anak, dan meningkat lagi menjadi 14.517 kasus pada 2021 dengan korban 15.972 anak.

Ada pun anak-anak korban kekerasan seksual para predator ganas adalah kurang dari separuhnya (45%) atau sekitar 7.000 anak per tahun, yang berarti setiap hari terdapat 19 anak-anak kita yang menjadi korban pemerkosaan para predator sex. Selebihnya adalah korban kekerasan fisik dan psikis.

CNN Indonesia bahkan memberitakan bahwa di Indonesia terdapat 30 juta perempuan dan anak-anak yang pernah mengalami pemerkosaan. Hanya saja tidak seluruh korban tsb melaporkannya dikarenakan menganggapnya aib. Ada pun tempat kejadiannya atau locusnya, kata Menteri PPP dan Anak Bintang Prayoga di DPR, sebagian besar di dalam rumah tangga dan lingkungan sosial dekatnya termasuk tetangganya dan sekolah atau kampus.

Sungguh, gambaran tersebut di atas menjadi realitas sosial dan kemanusiaan yang sangat mengerikan terkhusus bagi anak-anak korban pemerkosaan tadi. Hal itu menjadi mimpi buruk sebuah episode kehidupan yang membutuhkan proses penanganan dan penyembuhan (healing) yang khusus, terencana apik, menuntut kesabaran, keahlian, ketelatenan dari para profesional dan atau relawan yang terlibat di pasca pemerkosaan. Termasuk keluarga inti.

Kenapa?! Tiada lain mengingat anak-anak adalah tunas bangsa yang akan menggantikan dan melanjutkan perjalanan panjang sebuah keluarga, masyarakat dan bangsa kita ke depan.

Keluarga adalah inti di mana tunas-tunas bangsa disemai, dirawat, dibesarkan dan menjadi insan atau manusia yang cerdas dan berakhlak mulia (akhlakul karimah) dan sholihah.

Di episode ini Nabi Muhammad Saw mengingatkan kita sebagai orang tua dalam salah satu hadisnya yang shahih bersabda : “Barangsiapa mempunyai tiga anak perempuan, memberinya tempat tinggal, menyayanginya dan menanggungnya, maka dia pasti mendapatkan surga.”

Lantas ada sahabat yang bertanya, Wahai Rasulullah, jika hanya dua? Rasulullah menjawab : “Walau hanya dua.” (dari Jabir Ibnu Abdullah).

Para orangtua perlu dan wajib waspada dari setiap ancaman dan rongrongan serta kendala yang bakal menjerat anak-anak kita ke dalam kenestapaan yang berkepanjangan.

Sedetik pun jangan lengah. Sebab anak-anak perempuan kita adalah calon ibu yang bakal melahirkan tunas-tunas bangsa. Menjadi madrasah pertama dan utama bagi keluarga.

Bahkan sebuah kiasan populer dan sebagian umat memandangnya sebagai hadis, adalah ungkapan indah tentang kemuliaan seorang “Ummahat” atau Ibu , yaitu : Surga ada di bawah kaki Ibu. Dan tentang kemuliaan Ibu, Al-Qur’an membahasnya dalam sekurangnya 5 ayat. Salah satu dalam QS Luqman/31 ayat 14 : “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang Ibu- Bapaknya, Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.

Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua Ibu-Bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” Suatu perintah Allah yang ringkas dan lugas.**

*) Jurnalis Senior/Penulis Buku Sehat Menyikapi Masalah Rumah Tangga – Perceraian Solusi Langit

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *