by

Begini Reaksi Ibu-Ibu Bukit Rivaria Ketika Meninjau TPA Cipayung Depok

Ibu ibu dari Perumahan Bukit Rivaria meninjau TPA Cipayung.
Ibu ibu dari Perumahan Bukit Rivaria meninjau TPA Cipayung.

Depokrayanews.com – “Ya ampun, sampahnya sudah tinggi banget,” kata Nur Azizah, ketika pertama melihat tumpukan sampah yang sudah menggunung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Kota Depok di Cipayung, Kecamatan Cipayung, Selasa (28/3/2017).

Reaksi senada juga muncul dari Suci. “Astagfirullah, sudah seperti ini banget ya,” kata dia.

“Yasel, lihat itu sampahnya sudah tinggi kayak gitu,” kata Upik kepada anaknya sambil menunjuk ke arah tumpukan sampah.

Banyak sekali reaksi yang muncul ketika Ibu-Ibu Perumahan Bukit Rivaria, Sawangan, Depok berkunjung ke TPA Cipayung.

Ada yang tidak bisa berkata-kata, tapi menggeleng-gelengkan kepala, lalu terdiam. Ada lagi yang kagum melihat lingkungan TPA yang bersih rapi. kecuali di arena tumpukan sampah. “Tapi tidak bau ya,” kata Diana.

Rombongan yang dipimpin Ode Nurdin, Ketua RT 01 RW 11, Perumahan Bukit Rivaria itu kemudian diterima oleh Ganie, pengawas TPA Cipayung. “Karena hari libur, pimpinan UPT dan karayawan pada libur, kecuali kami petugas lapangan,” kata mantan RT dan RW itu.

Di ruangan tamu kantor UPT, Ganie menjelaskan proses pembuangan sampah itu sampai ke TPA. “Di sinilah tempat pembuangan akhir sampah se Kota Depok. Dari wilayah manapun sampahnya di buang ke mari,” kata Ganie.

Ganie pengawas TPA Cipayung memberikan penjelasan kepada warga Bukit Rivaria.
Ganie pengawas TPA Cipayung memberikan penjelasan kepada warga Bukit Rivaria.

Tidak heran, kalau tumpukan sampah itu menggunung, kadang sampai setinggi 30 meter. Kawasan seluas 11 hektar itu, kata Ganie, sebenarnya sudah tidak mampu lagi menerima kiriman sampah, tapi tidak ada pilihan lain.

Tumpukan sampah itu tadinya bekas galian kapur. Dalamnya sampai belasan meter. Artinya total ketinggian tumpukan sampah bisa mencapai 50 meter. Ada 3 kolam penampungan sampah di situ, 2 kolam sudah tidak bisa diapa-apain karena tumpukan sampah yang tinggi sudah berubah jadi bukit yang ditumbuhi rumput dan tumbuhan liar.

Hanya satu kolam yang masih bisa dimanfaatkan sebagai tempat penampungan sampah. Itupun sudah tinggi menggunung.

Karena itu, di atas tumpukan sampah itu beroperasi sejumlah alat berat untuk menata tumpukan. Ketika Ganie menjelaskan itu tiba-tiba muncul bau busuk yang menyengat hidung. Spontan ibu-bu menutup hidungnya.

“Bau ya? Kalau tiba-tiba muncul bau tidak sedap seperti ini, itu bertanda petugas kami sedang bekerja, mengangkat tumpukan sampah yang sudah berhari-hari, digeser ke tempat lain. Ketika proses pemindahan itulah muncul bau tidak sedap,” kata Ganie.

Inilah tumpukan sampah di TPA Cipayung.
Inilah tumpukan sampah di TPA Cipayung.

Tapi bau busuk itu, kata Ganie tidak berbahaya dan tidak menyebabkan penyakit. “Buktinya warga sekitar sini sehat-sehat, belum saya dengar ada warga di sekitar TPA terkena penyakit aneh karena sampah,” kata laki-laki separuh baya yang sudah 31 tahun mengurus sampah di TPA itu

Kehadiran TPA Cipayung, kata dia, memberikan keuntungan secara ekonomis bagi masyarakat sekitar, “Kalau ada warga di sini ga bisa hidup, itu sudah kebangetan,” kata Ganie.

Sebab, kalau mau saja turun ke TPA mengumpulkan sampah sampah plastik, Rp 70 ribu sampai Rp 100 ribu sehari bisa dapat. Tidak perlu ke mana-mana. Di samping TPA sudah ada pedagang pengumpul yang siap menampung dan langsung dibayar tunai.

“Jadi kalau kita paham, ada nilai ekonomis di balik sampah itu,” kata dia. Begitu juga ketika ibu-ibu mengelola bank sampah, bisa menghasilkan uang.

Bagi Ganie, kehadiran ibu-ibu Bukit Rivaria yang didampngi sejumlah bapak-bapak itu sangat istimewa.

Kenapa ? “Sepanjang saya tahu, baru kali ini ada ibu-ibu dan bapak-bapak di RT datang berkunjung ke TPA, apalagi dari komplek perumahan. Saya berterimakasih, ini bentuk antusias warga mendukung program pemerintah Kota Depok,” kata Ganie.

Usai menjelaskan TPA, rombongan itu diajak berkeliling di lingkungan UPT TPA Cipayung.

Di bagian belakang kantor UPT TPA Cipayung ada taman yang asri. Ada 3 gazebo tempat meriung. Di situ juga ada 2 kompor gas, yang sumber gasnya dari sampah.

Awalnya ibu-ibu itu tidak terlalu yakin ada api di kompor itu, sampai-sampai Ketua RT, Ode Nurdin yang memimpin rombongan itu, mendekatkan tangannya di atas kompor. “Ya, benar ada apinya, panas,” kata Ode. Salah seorang petugas UPT kemudian mengambil sobekan kertas dan mendekatkan ke kompor, kertas terbakar.

Ternyata api dari gas sampah itu tidak terlalu biru atau berwarna kekuningan seperti kompor gas di rumah.

Menurut Ganie, ujicoba penggunaan gas dari sampah itu sudah berlangsung 2 tahun. selain di area kantor UPT TPA Cipayung, gas itu juga sudah dialirkan ke rumah Ganie dan anaknya. “Belum banyak warga di sini yang menggunakan, baru saya dan anak saya,” kata Ganie.

Saking asrinya kawasan itu, ibu-ibu Rivaria sempat berfoto bersama. “Bagus sekali tamannya. Tidak menyangka di sini juga ada taman,” kata Elis.

Warga Bukit Rivaria mendapat penjelasan soal proses pengolahan sampah di UPS menjadi pupuk organik.
Warga Bukit Rivaria mendapat penjelasan soal proses pengolahan sampah di UPS menjadi pupuk organik.

Kunjungan kemudian dilanjutkan ke Unit Pengolahan Sampah (UPS) yang ada di kawasan itu. Rombongan mendapat penjelasan proses pengolahan mulai dari sampah masuk ke UPS, masuk ke pencacah, dan hasil akhirnya adalah sampah organik.

Proses pengolahan sampah di UPS Depok dianggap bagus oleh Pemerintah Jepang setelah ada salah satu walikota di Jepang berkunjung melihat UPS.

Karena tidak bau, di UPS ini ibu-ibu sempat berfoto-foto. “Kalau UPS nya begini bagus, kita juga menggunakan pupuk hasil olahan sampah,” kata Atoen.

Bagi warga Bukit Rivaria, UPS sempat menjadi kenangan tersendiri, karena 5 tahun lalu, termasuk yang menolak kehadiran UPS di kawasan perumahan itu. Warga khawatir UPS itu akan menimbulkan bau tidak sedap di lingkungan.

Sampai sekarang UPS itu tidak dimanfaatkan. Kondisnya sudah mulai hancur, sebagian atap sudah lepas. Tidak jelas bagaimana nasib UPS yang menghabiskan dana APBD sekitar Rp 200 juta lebih itu ke depannya.

Menurut Ketua RT Ode Nurdin, kunjungan warganya ke TPA Cipayung itu merupakan tindak lanjut dari pertemuan warga RT 01 RW 11, Minggu (26/3/2017) lalu.

Ketika itu warga sepakat membentuk bank sampah untuk bisa mengelola sampah dengan baik, termasuk memilahnya. “Ya, kami dalam waktu
dekat akan merealisasikan pembentukan bank sampah,” kata Ode Nurdin.

Menurut Ode, setelah melihat langsung TPA Cipayung, semakin semangat warganya untuk membentuk bank sampah.

“Depok sudah darurat sampah. TPA Cipayung tidak mungkin bisa bertahan lama kalau semua sampah masuk ke situ. Kita harus memilah sampah dari hulu yakni dari rumah,” kata Ode.(red)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *