by

Cantiknya Masjid Babah Alun di Pinggir Jalan Tol Desari

Bagian dalam kubah Masjid Babah Alun di pinggir jalan Tol Desari.

Depokrayanews.com- Ada pemandangan yang berbeda di pinggir Tol Depok Antasari (Desari). Apa itu ? Ada sebuah bangunan
bernuansa Tionghoa dengan ornamen khas, yang dominan berwarna merah, hijau dan kuning. Ternyata itu Masjid Babah Alun.

Masjid itu menambah daftar masjid bernuansa serupa seperti Masjid Lautze di Jakarta, Masjid Lautze 2 di Bandung, Masjid Cheng Ho di Surabaya, Palembang, dan Purbalingga.

Nama Masjid Babah Alun sendiri sebelumnya telah dipakai juga untuk masjid yang berlokasi di bawah fly over tol Wiyoto Wiyono, Jakarta Utara. Nama Babah Alun diambil dari nama penggagas kedua masjid tersebut yaitu seorang warga negara Indonesia keturunan Tionghoa dan juga pengusaha konstruksi yakni Jusuf Hamka. Ia merupakan seorang mualaf. Babah memiliki arti Ayah dan Alun yang diambil dari nama kecil Jusuf Hamka sendiri, Alun.

Jusuf Hamka diketahui adalah anak angkat dari Ulama Besar Indonesia, Buya Hamka. Jusuf saat ini menjabat sebagai Direktur Utama PT Citra Marga Nusaphala Persada, perusahaan yang menjadi salah satu bagian terlaksananya pembangunan tol Desari di samping masjid Babah Alun itu.

Masjid Babah Alun di pinggir Jalan Tol Desari.

Selain dikenal sebagai seorang pengusaha yang sukses, Jusuf Hamka dikenal sebagai orang yang dermawan. Hal tersebut terbukti salah satunya dengan membuat Warung Podjok untuk kaum Dhuafa yang bisa membeli seporsi makanan dengan harga Rp3.000 saja.

Masjid Babah Alun diresmikan pada Kamis, 20 Agustus 2020 bertepatan dengan tahun baru Islam 1 Muharam 1442 Hijriah, oleh Walikota Jakarta Selatan.

Bangunan masjid didominasi warna merah, hijau, dan kuning. Dalam budaya Tionghoa, merah memiliki arti kesuksesan dan keberuntungan, hijau sebagai warna kedamaian, dan kuning memiliki arti kemakmuran atau kejayaan.

Bentuk atap masjid juga berbentuk melengkung seperti kebanyakan arsitektur atap bangunan Tionghoa. Masjid Babah Alun juga menggunakan pintu masuk dengan ciri bulat seperti Masjid Lautze.

Dekorasi dinding juga dihiasi ornament khas Tionghoa, dan tulisan kaligrafi dengan gaya yang khas juga.

Pemanfaatan ruang terbuka pada taman di sekitar masjid yang diisi oleh pohon Zaitun semakin membuat indah dan memperkaya keunikan dari masjid tersebut.

“Walaupun masjid ini belum jadi dengan sempurna, tetapi dengan semangat Tahun Baru Islam ini, masjid Babah Alun bisa menjadi tempat syiar islam dan juga wisata religi bagi masyarakat, khususnya di Jakarta Selatan,” kata Jusuf Hamka. (mad)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 comment