by

Cara Jasa Marga Memberikan Pelayanan Terbaik Bagi Pengguna Jalan Tol

DEPOKRAYANEWS.COM- PT Jasa Marga (Persero) Tbk, merupakan pemilik konsesi dan operator jalan tol pertama dan terbesar di Indonesia hingga saat ini dengan konsesi 1.809 Km jalan tol,termasuk jalan tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap sepanjang 206,65 kilometer.

Sedangkan total jalan tol yang telah beroperasi hingga Q1-2022 sepanjang 1.260 kilometer setelah beroperasinya jalan tol Manado-Bitung sepanjang 13,4 km, dan penambahan konsesi jalan tol sepanjang 206,65 km untuk jalan tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap .

‘’PT Jasa Marga (Persero) Tbk, masih dapat mempertahankan market share jalan tol yang beroperasi di seluruh Indonesia, yakni sekitar 50 persen.,’’ kata Corporate Communication and Community Development Group Head PT Jasa Marga Lisye Octaviana.

Jaringan ini meliputi ruas tol yang terbentang dari pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, serta Sulawesi yang terbagi dalam dua divisi regional dan satu anak perusahaan yaitu Jasamarga Metropolitan Tollroad Regional Division, Jasamarga Nusantara Tollroad Regional Division dan PT Jasamarga Transjawa Tol

Apakah Jasa Marga akan terus menjadi pemain terbesar di Indonesia ?

Jasa Marga kini bukan lagi satu-satunya Badan Usaha Jalan Tol (BUJT), sudah banyak perusahaan yang masuk ke sector ini, termasuk perusahaan swasta. Bahkan ada dua perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lain yang punya konsesi jalan tol cukup panjang yakni PT Hutama Karya dan PT Waskita Karya.

Hutama Karya misalnya kini menjadi memegang konsesi Tol Trans-Sumatera (JTTS) sepanjang 1.065 km, yang akan menjadi jalan tol terpanjang di Indonesi. Tapi belum semua jalan tol itu selesai dan beroperasi. Di bawahnya, ada Waskita Karya yang kini mengelola 10 ruas jalan tol sepanjang 558,5 km.

Sebagai pemain lama di bisnis jalan tol, Jasa Marga tentu tidak lagi sekedar mengejar konsesi, mendapatkan hak untuk membangun jalan tol sepanjang mungkin, tapi lebih dari pada itu, yakni bagaimana memberikan pelayanan terbaik kepada penguna jalan tol. Kemudian bagaimana memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat.

Manajemen Jasa Marga sangat menyadari pentingnya memberikan pelayanan yang terbaik, berusaha semaksimal mungkin agar pengguna jalan tol tidak mengeluh apalagi kecewa.

Mengelola jalan tol bukan perkara sederhana. Ekosistem bisnisnya sangat banyak dan memerlukan penanganan yang sangat detail. Bagaimana menjawab tuntutan dan harapan masyarakat bahwa tol bukan sekedar jalan bebas hambatan.

Startegis bisnis Jasa Marga

Berbagai upaya dilakukan, termasuk menerapkan strategi bisnis asset recycling dalam rangka mengoptimalkan portofolio bisnis. Asset recycling adalah memindahtangankan asset lama untuk membangum asset baru yang lebih banyak.

Langkah ini dianggap strategis oleh Jasa Marga, terutama untuk menyeimbangkan pertumbuhan dan kesinambungan bisnisnya.

Pemerintah pun sebanarnya juga melakukan strategi asset recycling. Misalnya, belum lama ini pemerintah menerbitkan Sukuk Hijau pertama di dunia. Ini merupakan modivikasi atau pengembangan dari sukuk-sukuk yang pernah ada sebelumnya.
.
“Ini salah satu cara pemerintah me-recycle aset untuk mendapatkan sumber pembiayaan baru,’’ kata Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara

Inisiatif menerapkan asset recycling telah dilaksanakan Jasa Marga sejak tahun lalu dengan membentuk subholding PT Jasamarga Transjawa Tol, yang kemudian memisahkan atau spin-off 13 ruas jalan Tol Transjawa sepanjang 676 km.

Hal lain yang dilakukan Jasa Marga adalah melakukan peningkatan kualitas jalan tol agar bisa memberikan kenyamanan dan keamanan bagi penggunanya. Perbaikan dan penambahan fasilitas pendukung terus dilakukan, termasuk melakukan inovasi dan bertransformasi dengan perubahan.

Direktur Utama PT Jasa Marga (Persero) Tbk, Subakti Syukur mengatakan inovasi dan terus bertransformasi merupakan sebuah keniscayaan, apalagi di tengah perkembangan teknologi yang bergerak dinamis. ‘’Perlu strategi usaha agar perusahaan dapat terus berkembang,’’ kata Subakti.

Jasa Marga, kata dia, akan terus berinovasi dan mengawal transformasi dengan memaksimalkan pemanfaatan teknologi pada semua level dan lini bisnis.

Jasa Marga telah membentuk Intelligent Maintenance System atau IMS, yakni sistem pendukung manajemen layanan pemeliharaan aset jalan tol seperti perkerasan jalan, jembatan, bangunan pelengkap jalan, sarana pelengkap jalan, lingkungan, sehingga dapat membantu untuk mewujudkan kondisi aset jalan yang mantap, optimal dan berwawasan Lingkungan.

Jalan tol

Beberapa teknologi IMS yang telah diimplementasikan oleh Jasa Marga adalah Hawkeye SmartCar, Aplikasi JIMMS dan TAMS. Hawkeye Smart Car digunakan oleh Jasa Marga untuk tindakan preventif dalam pemeliharaan jalan.

Jasamarga Integrated Maintenance Management System (JIMMS) dan Toll Asset Management System (TAMS) digunakan untuk membantu optimasi database pemeliharaan aset jalan tol. Sistem-sistem itu terdapat di beberapa unit usaha yang dibentuk Jasa Marga.

Strategi lain yang dilakukan Jasa Marga adalah melengkapi bisnis proses dari A sampai Z. Dulu di sektor industri dikenal dengan istilah penguasaan dari hulu ke hilir, meskipun tidak semua industri cocok menerapkannya. Tergantung pada jenis industrinya.

Bagi Jasa Marga melengkapi bisnis proses dari A sampai Z merupakan sebuah keharusan, karena Jasa Marga bergerak di bisnis jasa sehingga bisnis prosesnya harus menjadi satu kesatuan, tidak bisa dipotong menjadi beberapa bagian kemudian diberikan kepada pihak lain di luar kendali Jasa Marga.

Jasa Marga sebagai perusahaan induk tidak mungkin melakukan semua bisnis proses secara keseluruhan, apalagi menyangkut teknis di lapangan.

Karena itu, Jasa Marga misalnya, membentuk usaha dibidang pemeliharaan jalan tol yakni PT Jasa Marga Tollroad Maintenance (JMTM) yang diharapkan dapat mendukung lini bisnis utama Jasa Marga.

Jasa Marga sangat serius untuk membangun anak perusahaan usaha lainya. Kita mau melengkapi bisnis proses dari A sampai Z untuk bisnis jalan tol,’’ kata Subakti

Direktur Utama PT JMTM, Roy Ardian Darwin mengatakan tugas utama perusahaan ini adalah memprediksi atau merencanakan maintenance seluruh ruas jalan tol anak perusahaan Jasa Marga . JMTM memang berpengalaman di bidang rekontruksi perkerasan jalan tol, penambahan jalur di ruas tol, pembangunan gerbang tol, dan pekerjaan perbaikan jembatan.

Untuk pemenuhan Standard Pelayanan Minimal (SPM) di lingkungan pekerjaannya, JMTM telah memakai teknologi yaitu berupa mobil survei aset dan penelitian pengerasan jalan Hawkeye 2000

Hawkeye dapat menilai kondisi jalan seperti ketidakrataan jalan atau International Roughness Index (IRI), serta kondisi kerusakan jalan dengan Surface Distress Index. Hasil tangkap dari berbagai alat dan sensor itu kemudian diolah menggunakan Software Hawkeye Processing Toolkit.

JMTM juga mempunyai produk Super Cold Mix Asphalt (SCMA), yaitu produk tambalan siap pakai yang cepat untuk menutup lubang-lubang di jalur tol.

JMTM juga telah memiliki peralatan pemeliharaan jalan dengan teknologi terkini seperti tendem roller, cold mixing, asphalt finisher, flat bed truck, dan power broo.

Di bagian lain, Jasa Marga juga mengembangkan teknololgi pengganti tapping kartu agar transaksi lebih mudah dan cepat.

‘’Segala hal yang dapat mempercepat transaksi di gerbang tol sedang diupayakan. Selain menghemat waktu, tentunya antrean akan semakin sedikit,’’ kata Direktur Keuangan Jasa Marga, Donny Arsal.

Dia menyebut ada dua pilihan teknologi yang bisa dibenamkan di kendaraan pengguna. Pertama, menggunakan stiker, ditempel di kendaraan lalu ada alat yang akan otomatis scan stiker tersebut. Kedua, menggunakan OBU (on board unit) yang ditanamkan dalam kendaraan.

Sebelumnya, Jasa Marga juga telah mengembangkan teknologi Radio Frequency Identification (RFID) yang memungkinkan pembayaran cashless tanpa tapping. Untuk tahap awal, korporasi melakukan pilot projectnya di Bali dengan menggandeng Blue Bird.

Inovasi RFID ini dibuat untuk mempermudah dan mempercepat waktu transaksi penguna jalan tol, sehingga pemakai jalan bertambah aman, nyaman dan puas.

Menurut Information and Technology Group Head PT Jasa Marga Tbk, Agus Sofian, teknologi ini nantinya akan diperluas di Jakarta dan Tol Trans Jawa.

Kemudian ada Jasa Marga Traffic Information Center (JMTIC) yang tengah mengembangkan teknologi yang mampu melakukan analisa kondisi jalan untuk kemudian diaplikasikan menjadi traffic management. Hal demikian diharapkan mampu mencegah kepadatan di jalan tol.

Untuk menjamin kenyamanan pengguna jalan tol yang hendak beristirahat melepas penat selama perjalanan, aplikasi JM Care yang dirilis Jasa Marga dapat memberikan informasi ter-update terkait rest area terdekat yang dapat diakses oleh pengendara.

Jasa Marga juga telah membangun 12 masjid di rest area yang tersebar di seluruh Indonesia. Masjid merupakan elemen penting bagi pelayanan di rest area, tempat beribadah bagi pengguna jalan yang singgah dan beristirahat di rest area.

Guna mendukung percepatan program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai, Jasa Marga penyediaan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di sejumlah rest area yang dikelola oleh PT Jasamarga Related Business, yakni di Rest Area KM 207 A Jalan Tol Palikanci, Rest Area KM 379 A Jalan Tol Batang-Semarang, serta Rest Area KM 519 A dan KM 519 B Jalan Tol Solo-Ngawi.

Jasa Marga juga meluncurkan aplikasi Travoy 3.0 yang berfungsi sebagai asisten digital untuk membuat perjalanan di jalan tol lebih aman dan nyaman dengan fitur daftar tarif tol, panic shake, hingga derek online yang masih terus dikembangkan ke depannya.

Jauh sebelumnya, Jasa Marga telah meluncurkan One Call Center 14080 yang berfungsi sebagai pusat layanan komunikasi untuk informasi dan kebutuhan darurat. Dengan satu nomor ini pengguna jalan tol akan lebih mudah mengingat dibanding nomor lain yang lebih panjang.

Jasa Marga juga telah memasang sensor di jembatan dan perkerasan jalan tol untuk mengidentifikasi kendaraan overload atau kelebihan muatan. Teknologinya dikenal dengan Weigh in Motion. Hasil yang tercatat sekaligus menjadi bukti atas pelanggaran yang dilakukan pengendara.

Yang menarik, Jasa Marga juga sudah memiliki Internet of Things Laboratory yaitu pusat riset dan pengembangan inovasi untuk mendukung bisnis jalan tol di masa depan. Tujuannya untuk menemukan teknologi-teknologi terbaru yang dapat menunjang kinerja Jasa Marga dalam memberikan pelayanan terbaiknya untuk masyarakat.

Dengan berbagai inovasi itu, Jasa Marga meraih sederet prestasi. Misalnya meraih penghargaan atas pemenuhan Roadmap Jalan Tol Berkelanjutan yang diinisiasi oleh Kementerian PUPR, yaitu untuk tiga jalan tol yang dikelolanya, yaitu Jalan Tol Jagorawi, Jalan Tol Sedyatmo dan Jalan Tol Pandaan-Malang.

Jasa Marga juga meraih penghargaan peringkat II Rest Area Terbaik untuk Rest Area Km 88 B Jalan Tol Cipularang. Sebelumnya, dua ruas jalan tol Jasa Marga memperoleh sertifikasi “Green Toll Road Indonesia”, yaitu Jalan Tol Pandaan-Malang dan Jalan Tol Gempol-Pandaan.

Keduanya dinilai memenuhi enam indikator yang menjadi fokus dalam Green Toll Road Indonesia, sebagaimana tertuang dalam Sustainable Development Goals (SDGs) United Nations

Jasa Marga juga menjadi BUJT pertama yang peroleh sertifikat Star Rating International Road Assessment Programme (iRAP) untuk Jalan Tol Jagorawi, Cipularang dan Sedyatmo, mencapai target yang ditentukan oleh UN’s Sustainable Development Goals, yaitu memperoleh star rating 3 atau lebih, sebagai upaya untuk memastikan jalan berkeselamatan berdasarkan standar internasional.

Dengan berbagai inovasi, prestasi dan akan terus bertransformasi, Jasa Marga optimis akan terus menjadi raja jalan tol di Indonesia. Tidak hanya itu, Jasa Marga bisa menjadi contoh pengelolaan jalan tol di Indonesia dan manca negara. (desfandri)

1

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *