by

Daftar Negara yang Terancam Resesi Ekonomi Tahun Depan, Termasuk Indonesia

Sejumlah negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang diprediksi ikut terseret ke dalam jurang resesi akibat inflasi yang terus meningkat.

DEPOKRAYANEWS.COM- Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi ekonomi dunia bakal jatuh ke jurang resesi pada tahun depan, termasuk Indonesia.

Sebelumnya, mengutip AFP, Bank Dunia (World Bank) memproyeksi sejumlah negara resesi pada 2023 mendatang dikarenakan suku bunga acuan bank sentral di sejumlah negara semakin tinggi.

Langkah itu dilakukan sejumlah negara demi meredam lonjakan inflasi. Sri Mulyani meyakini kebijakan itu akan menghambat laju pertumbuhan ekonomi, sehingga ancaman resesi semakin sulit dihindari.

“Kenaikan suku bunga cukup ekstrem bersama-sama, maka dunia pasti resesi pada 2023,” kata Sri Mulyani.

Dalam laporan Global Economic Prospect June 2022 (GEP), Bank Dunia menjelaskan tekanan inflasi yang begitu tinggi di banyak negara tak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.

Sejumlah negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang diprediksi ikut terseret ke dalam jurang resesi akibat inflasi yang terus meningkat.

Berikut negara-negara yang terancam masuk resesi:

1. Amerika Serikat (AS)
Pertumbuhan ekonomi AS terkontraksi 0,6 persen pada kuartal II 2022, setelah minus 1,6 persen pada kuartal I 2022.

Kendati sudah dua kuartal berturut-turut terkontraksi, namun ekonomi AS belum dibilang resesi. Pengumuman resesi ekonomi dibuat oleh Bussiness Cycle Dating Committee, badan yang terdiri dari delapan ahli ekonomi yang dipilih oleh Biro Nasional Riset Ekonomi, organisasi non-profit.

Hingga kini, mereka masih ogah menggunakan kata resesi tersebut. Sedang di lain sisi, The Fed menepis kekhawatiran soal resesi. Bank sentral AS bersikeras menjelaskan bahwa pasar kerja AS masih kuat dengan bukti 315 ribu pekerja baru pada Agustus 2022.

“Pasar tenaga kerja AS yang kuat memberi kami fleksibilitas untuk menjadi agresif dalam perjuangan kami melawan inflasi,” tulis The Fed.

2. Eropa
Mata uang euro yang merosot ke level terlemahnya terhadap dolar sejak akhir 2002 membuat kekhawatiran negara-negara Eropa terhadap resesi. Kenaikan harga gas alam turut menjadi pemicu ketakutan resesi.

Data menunjukkan perlambatan tajam dalam pertumbuhan bisnis pada Juni. Tak hanya itu, rilis memperlihatkan defisit perdagangan pada Mei 2022 yang disesuaikan secara musiman sebesar 1 miliar euro di Jerman, berlawanan dengan ekspektasi surplus.

Perekonomian Inggris juga menunjukkan tanda-tanda perlambatan karena inflasi tinggi. Suku bunga acuan bank sentral Inggris bahkan sudah naik 200 basis poin selama 2022.

“Ekonomi mulai terlihat seperti lama-kelamaan akan habis terhenti,” ujar Kepala Ekonom Bisnis di S&P Global Market Intelligence Chris Williamson.

3. China
Menurut laporan Bank Dunia pada Selasa 27 September 2022, China yang merupakan 86 persen dari output ekonomi kawasan 23 negara, diproyeksikan tumbuh 2,8 persen tahun ini. Angka ini merupakan penurunan signifikan dari perkiraan sebelumnya yang berada di angka 5,0 persen.

Ekonomi China memang melemah dalam beberapa bulan terakhir menyusul kebijakan lockdown yang diberlakukan di Negara Tirai Bambu itu. Hal tersebut turut mengganggu sektor industri, penjualan domestik, hingga aktivitas ekspor.

“Kami memproyeksikan pertumbuhan PDB riil melambat tajam menjadi 4,3 persen pada 2022 sampai dengan 0,8 poin, persentase lebih rendah dari yang diproyeksikan dalam Pembaruan Ekonomi China Desember,” tulis IMF dalam laporan perekonomian China Juni 2022.

4. Mongolia
Lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings, memperkirakan kondisi keuangan global yang lebih ketat dan dampak geopolitik bakal memperburuk profil keuangan eksternal Mongolia yang lemah.
“Kami memproyeksikan defisit neraca berjalan Mongolia pada 2022 akan melebar menjadi 16,3 persen dari PDB dan beban utang luar negeri bersihnya menjadi besar pada 167 persen dari PDB,” tulis analis Fitch.

Ketergantungan Pemerintah Mongolia pada utang luar negeri turut meningkatkan kerentanan terhadap pergeseran sentimen investor internasional yang dapat menghasilkan perlambatan ekonomi.

5. Korea Selatan
Saham Korea Selatan jatuh pada awal Juli 2022 karena investor khawatir kenaikan suku bunga acuan untuk memerangi inflasi bakal memicu perlambatan ekonomi.

Analis di Samsung Securities Seo Jung-hun menyebut saham Korea Selatan, seperti pasar saham Taiwan, sensitif terhadap momentum siklus ekonomi dan bereaksi terhadap ketakutan resesi.

6. Indonesia
Menurut Sri Mulyani, perekonomian Indonesia masih cukup sehat dan aman dari ancaman resesi. Namun, masih ada risiko resesi ekonomi yang dialami Indonesia, yakni sebesar 3 persen.

Sri Mulyani mengatakan utang luar negeri pemerintah menurun. Begitu juga dengan utang korporasi yang semakin rendah. Berdasarkan data BI, utang luar negeri RI sebesar US$415 miliar pada akhir Mei 2022. Angka tersebut turun 4,9 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. (mad/cnn)

1

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *