by

Depok A Friendly City

Depok diarahkan menjadi a friendly city.
Depok diarahkan menjadi a friendly city.

Depokrayanews.com- Pemerintah Kota Depok kini tengah gencar mensosialisasikan city branding Kota Depok yakni Depok A Friendly City, Depok Kota Bersahabat. Keputusan Pemerintah Kota Depok menetapkan city branding itu bukan tanpa sebab, bukan tiba-tiba begitu saja.

‘’City branding ini merupakan hasil kajian yang mendalam sejak tahun lalu, jauh sebelum pemilihan walikota dan wakil walikota,’’ kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Pemerintah Kota Depok, Hardiono kepada Depokrayanews.com.

Langkah-langkah yang dilakukan sebelum penetapan city branding itu, antara lain kajian akademis pendahuluan yang dilakukan sejak tahun 2015, kemudian survey. Kajian akademis dan survey itu dilakukan sebuah konsultan dari Universitas Indonesia (UI).

Walikota Depok melakukan sosialisasi Depok A Friendly City kepada ASN.
Walikota Depok melakukan sosialisasi Depok A Friendly City kepada ASN.

Dari hasil survey terhadap 800 responden, kata Hardiono, ternyata hanya 2 persen responden yang masih menginginkan Belimbing sebagai icon atau simbol Kota Depok. Sisanya menyatakan tidak setuju.
Sejarawan JJ Rizal juga tidak setuju dengan Belimbing sebagai icon Kota Depok, karena dari segi taksonomi, belimbing adalah tumbuhan yang ringkih, tidak menunjukkan daya tahan yang kuat. “Belimbing tumbuhan yang manja,” kata JJ Rizal.

Menurut dia, seharusnya icon atau simbol mengandung inspirasi dan motivasi serta mencerminkan nilai plus dan karakter utama yang kompetitif. Artinya, Depok perlu icon yang lebih bermakna sebagaimana icon kota-kota lain yang berkarakter kuat..
Konsultan City Branding Kota Depok, Rahmat Yananda, mengatakan branding Depok sebagai Kota Belimbing tidak tepat. Sebab, Depok tidak menghasilkan belimbing secara total. “Depok kota yang memproduksi manusia,” kata dia.

Pertambahan penduduk Depok dipastikan sejalan dengan tuntutan permintaan hunian. Penduduk yang terus meningkat, menuntut Depok mesti bisa bertransformasi menjadi kota yang bersahabat bagi penghuninya.

Saat ini jumlah penduduk Kota Depok sudah mencapai 2,19 juta jiwa. Kalau tidak mempunyai konsep pembangunan yang baik, Depok akan disesaki warga. “Jumlah angkatan muda di Depok cukup tinggi. Ini sejalan dengan inovasi pemudanya yang menjadi andalan kota ini,” kata dia.

Menurut Hardiono, setelah kajian akademis awal dan survey responden, maka tahapan berikutnyan adalah melakukan riset tentang potensi yang ada di Depok dengan mempertimbangkan berbagai aspek, seperti geografis, jumlah penduduk segala macam. ‘’Dari situ kemudian kita buat SWOT analisisnya,’’ kata Hardiono menjelaskan proses atau tahapan-tahapan sebelum memutuskan city branding.

Dari hasil analinis SWOT itu kemudian mengerucut, ternyata kekuatan Kota Depok ada pada Sumber Daya Manusia (SDM), bukan pada Sumber Daya Alam (SDA). SDM yang kuat itu karena didukung oleh beberapa perguruan tinggi yang ada di Depok, seperti Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gunadarma. ‘’Dari situlah ketemu branding yang akan memperkuat posisi Kota Depok yakni A Friendly City, Kota Bersahabat,’’ kata Hardiono.

Menurut Hardiono, a friendly city itu sebuah proses, bukan dilihat dalam kondisi saat ini. Langkah-langkah berikutnya yang akan diambil sudah dirumuskan dengan matang, sehingga benar-benar mendukung Depok sebagai Kota yang Bersahabat. Hal-hal kecil pun nantinya akan diatur. Misalnya, ketika Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) akan membangun taman, maka berbagai aspek harus diperhatikan, supaya taman itu merupakan taman yang bersahabat, aman digunakan anak-anak dan nyaman digunakan orangtua. Begitu juga dengan sektor lain, termasuk terminal, tempat ibadah, sekolah, pasar dan pelayanan umum lainnya.

Kepala Bappeda Kota Depok, Hardiono.
Kepala Bappeda Kota Depok, Hardiono.

Hardiono memperkirakan proses menuju Depok a friendly city itu butuh waktu 3 tahun, termasuk mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung. Dan yang paling penting adalah mempersiapkan sumber daya manusiannya, supaya benar-benar menjiwai Depok a friendly city.

Langkah awal sebelum sosialisasi ke masyarakat, Pemerintah Kota Depok memberikan penjelasan dan sosialisasi kepada semua aparat sipil negara (ASN) yang ada di Kota Depok. Sosialisasi dimulai dari pejabat kepala dinas, kepala bidang, kepala seksi, camat, lurah dan nanti sampai ke RW dan RT.
Tahap selanjutnya sosialisasi akan dilakukan kepada masyarakat dengan pola pendampingan dari pihak konsultan. Tahun kedua, yakni 2017/2018, program sosialisasi itu baru benar-benar dilepas supaya bisa berjalan dengan baik. ‘’Dengan demikian, city branding ini bisa berjalan maksimal, karena semua masyarakat memahami dan menjiwai apa yang disebut sebagai a friendly city,’’ kata Hardiono.
Program sosialisasi kepada camat dan lurah sudah dimulai sejak Rabu (16/11/2016) lalu setelah dibuka oleh Walikota Depok Mohammad Idris di Hotel Bumi Wiyata. Sebelumnya, walikota juga sudah mengumpulkan semua kepala dinas untuk menyampaikan konsep city branding di Balaikota Depok.

Menurut Hardiono, sosialisasi kepada kepala dinas sekaligus untuk pembagian peran instansi masing-masing dalam pencapaian city branding. ‘’Program ini harus menjadi komitmen bersama, tidak bisa dilakukan oleh satu badan atau dinas saja. A friendly city mulai sekarang sudah harus masuk dalam setiap kegiatan dinas atau badan yang ada di Pemkot Depok,’’ kata Hardiono.

Dengan slogan a friendly city, maka kesiapan SDM menjadi tumpuan utama. Karena itu ke depan dunia pendidikan akan medapat perhatian besar supaya bisa menyiapkan SDM yang handal. Dengan demikian, suatu saat Kota Depok punya SDM dengan daya saing yang kuat, karena bisa memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat, termasuk investor. ‘’Bila SDM siap, infrastrukturnya maju, maka investor secara otomatis akan masuk membangun Kota Depok,’’ kata dia.
Dalam setiap kesempatan melakukan sosialisasi tentang city branding, Walikota Depok Mohammad Idris menyebut bahwa Depok saat ini menjadi incaran wilayah lain sebagai tempat tinggal. Itulah kenapa jumlah penduduk di Kota Depok terus meningkat.

Walikota Depok, Mohammad Idris gencar melakukan sosialisasi Depok A Friendly City.
Walikota Depok, Mohammad Idris gencar melakukan sosialisasi Depok A Friendly City.

“Depok sudah dilirik untuk wilayah tempat tinggal yang nyaman, faktor inilah yang menjadi salah satu dasar ditetapkannya Depok a Friendly City,” kata walikota. Karena itu, walikota mengajak semua elemen masyarakat mensosialisasikan city branding Kota Depok, a friendly. ‘’Dengan adanya koordinasi dan sinergi dari setiap elemen terkait untuk bersama- sama memperkenalkan branding Depok sebagai Kota Bersahabat, maka program ini bisa berjalan maksimal,’’ kata walikota pada rapat koordinasi membahas city branding di Aula Lantai 5 Balaikota Depok, Selasa (18/10/2016).

Sebelumnya, muncul beberapa julukan bagi Kota Depok, antara lain Smart City, Kota Belimbing, Kota Lasia, Kota Pendidikan dan sebagainya. Idris mengakui, Smart City belum bisa disematkan kepada Kota Depok, karena secara global, Smart City merupakan kota yang ideal dari sisi tempat pelayanan publik, infrastruktur serta penduduknya.
“Kita belum berani mengatakan Smart City, karena potensi di Depok masih banyak yang belum optimal, makanya kita memilih A Friendly City yang didalamnya nanti menekankan kepada komunikasi dan kolaborasi dengan masyarakat,” kata walikota.

Begitu juga dengan Belimbing yang selama ini sudah disematkan sebagai icon Kota Depok. Idris menyebut, Belimbing lebih cocok dijadikan ico produk untuk dijadikan destinasi atau lokasi kunjungan. Mari kita dukung Depok sebagai Kota yang Bersahabat: a friendly city. (adn)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *