by

Depok Jadi Pilot Project Training Smart City

Kasubid Peningkatan Kapasitas Daerah, Ditjen Otda Depdagri, Gensly bersama  Staf Ahli Walikota Depok, Farah Mulyati,
Kasubid Peningkatan Kapasitas Daerah, Ditjen Otda Depdagri, Gensly bersama Staf Ahli Walikota Depok, Farah Mulyati,

Depokrayanews.com- Depok menjadi salah satu kota pilot project pelaksanaan training Smart City yang diselenggarakan Ditjen Otonomi Daerah (Otda) Kementerian Dalam Negeri bersama Universitas Gajah Mada.

Training untuk aparatur Pemerintah Kota Depok itu, Kamis (3/11/2016) dibuka Kasubid Peningkatan Kapasitas Daerah, Ditjen Otda Depdagri, Gensly. Acara itu juga dihadiri Staf Ahli Walikota Depok, Farah Mulyati, dan Sekretaris Bappeda, Syafrizal.

Menurut Gensly, ada 7 kota dan 3 kabupaten di Indonesia yang dijadikan pilot project, termasuk Kota Depok. Jumlah kota di Indonesia saat ini 97 dan 290 kabupaten.

Dipilihnya Depok sebagai kota pilot project, bukan hanya karena Depok sebagai kota penyangga ibukota Jakarta. Tapi karena kinerja pemerintahan Kota Depok selama ini cukup bagus.

Bahkan Kota Depok sudah beberapa kali menerima penghargaan atas prestasi kinerja dengan Predikat Sangat Tinggi dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Apresiasi itu diraih atas Evaluasi Kinerja Pelaksanaan Pemerintah Daerah (EKPPD) terhadap Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) tahun 2015.

LPPD merupakan laporan selama satu tahun anggaran berdasarkan Rencana Kerja Pembangunan Daerah.LPPMenurut

Menurut Gensley, tidak gampang menentukan suatu daerah mimiliki kinerja baik karena indikatornya sangat banyak.

“Paling tidak ada 718 indikator dalam penilaian LPPD dan itu dilakukan evaluasi setiap tahun,” kata Gensley. Kota Depok, menurut dia memiliki passing grade yang cukup bagus yakni 3, sedangkan yang tertinggi 4.

Diantara indikator yang evaluasi itu adalah SDM, anggaran, kebijakan, harmonisasi hubungan legislatif dan eksekutif.

Menurut Gensley, hampir 80 persen pemerintahan kota dan kabupaten di Indonesia sudah berjalan baik.

Keberhasilan Smart City, kata dia, tidak tergantung pada banyak teknologi yang digunakan dalam mendukung pelayanan kepada masyarakat.

“Smart City itu bagaimana masyarakat merasakan pelayanan dari pemerintah.Bukan tergantung pada teknologi yang digunakan. Walau teknologi sedikit tapi bisa mendukung proses pelayanan kepada masyarakat, itu yang lebih penting. Teknologi bukan yang utama,hanya sebagai pendukung. Yang utama adalah SDM,” kata dia.

Sementara itu, Sekretaris Bappeda Kota Depok, Syafrizal berharap pelatihan Smart City ini mampu memberikan dampak yang baik bagi perkembangan Smart City di Kota Depok.

“Pelatihan ini tidak semata-mata mengenai teknologi saja, tetapi juga berkaitan dengan sumber daya dan proses. Ini sesuatu yang baik untuk kemajuan perkembangan di Kota Depok,” kata Sjafrizal. Sebagus apapun teknologi pendukung, tapi kalau tidak didukung SDM yang bagus, tidak akan berarti apa-apa. (and)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *