by

Depok Tempo Doeloe: Land Tjilodong dan Keluarga Riemsdijk

Depokrayanews.com- Nama Land Tjilodong paling tidak sudah muncul ke publik pada tahun 1820 (lihat Bataviasche courant, 11-03-1820).

Pemerintah di Buitenzorg (baca: Bogor) telah memetakan Land Tjilodong dan menawarkan kepada publik dengan nilai pajak (NJOP) sebesar f43.319. Yang membeli lahan tersebut adalah Scipio Isebrandus Helvetius van Riemsdijk, anak kesepuluh dari Willem Vincent Helvetius Riemsdijk, orang terkenal pemilik Land Tjiampea.

Scipio Isebrandus Helvetius van Riemsdijk adalah seorang Indo (lahir di Hindia Timur, kini Indonesia) pada tahun 1785 di Batavia. Pada tahun 1805-1811 Scipio adalah pejabat tinggi di Pemerintah Hindia Belanda yang baru dibentuk di era Daendels.

Dengan jabatan tinggi dan anak seorang kaya raya, Scipio mampu membeli lahan Land Tjilodong yang ditawarkan pemerintah ke publik tahun 1820. Namun Scipio Isebrandus Helvetius van Riemsdijk tidak lama kemudian dikabarkan meninggal dunia tanggal 11 Januari 1827. Untuk sekadar dicatat Scipio Isebrandus Helvetius van Riemsdijk adalah cucu Jeremias van Riemsdijk (Gubernur Jenderal 1775-1777).

Keluarga Riemsdijk termasuk satu diantara tujuh keluarga Indo yang terbilang sukses di awal Pemerintah Hindia Belanda sebagaimana ditulis PC Bloys van Treslong Prins dengan judul De Indo Europeesche Families yang dimuat dalam surat kabar Bataviaasch nieuwsblad, 26-08-1933. Scipio Isebrandus Helvetius van Riemsdijk meninggal tahun 1827 dan meninggalkan seorang istri dan tujuh orang anak.

Anak yang pertama, seorang putri yang menikah dengan seorang pejabat tinggi pemerintah. Anak yang kedua, bernama Willem Martinus Kijdsmeir menjadi pengusaha perkebunan (Landheer) yang menikah dengan putri bungsu dari Landheer (tuan tanah) Tandjong Oost.

Anak yang ketiga dan ketujuh meninggal sebelum menikah (usia 18 tahun dan usia 11 tahun yang meninggal pada tahun yang sama, 1837).

Anak yang kelima menikah dengan seorang pejabat pemerintah (Resident Kedoe). Anak yang keenam, seorang putri yang lahir di Land Tjilodong bernama Catharina Johanna Kijdsmeir yang menikah dengan Dr. Geerlof Wassink, Kepala Dinas Kesehatan Pemerintah Hindia Belanda.

Setelah Geerlof Wassink pensiun, dia membeli Land Tapos (tetangga Land Tjilodong). Last but not least: anak keempat Scipio Isebrandus Helvetius van Riemsdijk bernama Abraham Pieter Kijdsmeir, yang menjadi penjaga gawang landheer di Land Tjilodong untuk meneruskan garis keluarga dari ayah dan kakeknya. Abraham Pieter Kijdsmeir lahir tahun 1820.
Abraham Pieter Kijdsmeir Menikah dengan Gadis Pribumi, Saiba

Abraham Pieter Kijdsmeir sedikit berbeda dengan saudara-saudaranya, tetapi ada kemiripan dengan sifat ayahnya Scipio Isebrandus Helvetius van Riemsdijk. Abraham Pieter Kijdsmeir tidak hanya seorang Indo (lahir di Hindia Belanda, kini Indonesia), tetapi juga memiliki perilaku yang sangat membumi. Abraham Pieter Kijdsmeir justru menikah dengan seorang wanita pribumi.

Scipio Isebrandus Helvetius van Riemsdijk, ayah Abraham Pieter Kijdsmeir pernah memiliki seorang wanita Bali dan beragama Kristen yang memiliki tujuh anak diadopsi lalu dibaptis kemudian diberi family name.

Setelah meninggalnya Scipio, anak-anak wanita Bali tersebut turut mewarisi (sebagian) Land Tjilodong yang begitu luas. Perihal ini kita teringat dengan Cornelis Chastelein, Landheer Land Depok yang membebaskan para budaknya dan menjadikannya tenaga kerja. Setelah meninggal tahun 1714, Cornelis Chastelein mewariskan sebagian lahan Land Depok kepada tenaga kerjanya tersebut.

Wanita pribumi yang dinikahi oleh Abraham Pieter Kijdsmeir tersebut bernama Saiba (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 26-08-1933). Disebutkan pasangan campuran ini memiliki seorang putri yang tinggal di Den Haag.

Perkawinan Abraham Pieter Kijdsmeir dan Saiba tidak diketahui seberapa lama. Abraham Pieter Kijdsmeir meninggal tahun 1891 pada usia 71 tahun. Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 28-05-1892 memberitakan bahwa Nyonya Saiba, janda Kijdsmeir melelang suatu properti.

Berdasar stambuk yang dapat dilihat di internet anak mereka itu bernama Sophia Josephina Kijdsmeir. Berdasarkan Het regt in Nederlandsch-Indièˆ; regtskundig tijdschrift, 1899, Sophia Josephina Kijdsmeir lahir pada tanggal 5 Januari 1890. Itu berarti bahwa umur Sophia Josephina Kijdsmeir baru satu tahun saat ayahnya, Abraham Pieter Kijdsmeir meninggal.

Tanah Partikelir, 1865
Sophia Josephina Kijdsmeir bukanlah satu-satunya wanita Indo di era kolonial Belanda. Perkawinan serupa antara Abraham Pieter Kijdsmeir dan Saiba juga ditemukan di Padang antara Andries Carel dengan seorang gadis Nias jelita (anak seorang pemimpin lokal di Padang).

Perkawinan campuran di Padang memiliki seorang putri yang menjadi nenek buyut Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau. Lihat raut muka Justin Trudeau ada wajah Nias yang ganteng. Lihat Sejarah Kota Padang: Ini Riwayat Keluarga Intveld di Padang, Nenek Moyang PM Kanada J. Trudeau; Gadis Nias Jelita.

Namun siapa Saiba? Sulit diketahui. Tapi bisa diduga bahwa Saiba adalah anak seorang tokoh penting (pemimpin lokal) di Buitenzorg. Satu hal lagi yang tidak diketahui jelas adalah kapan Saiba lahir dan pada umur berapa menikah dengan Abraham Pieter Kijdsmeir. Yang jelas pada tahun 1933 Sophia Josephina Kijdsmeir, putri Saiba sudah berusia 43 tahun menikah dengan Marcelus Lucas Lakeman di Den Haag).

Landhuis Tjilodong
Land Tjilodong adakalanya juga disebut Land Noesa Kembangan dan juga disebut Tjibinong Barat (Tjibinong West of Tjilodong). Secara geografis Land Tjilodong berada di antara jalan pos Trans-Java Batavia-Buitenzorg dengan Sungai Tjiliwong.

Di sebelah selatan berbatasan dengan Land Tjibinong West dan di sebelah utara berbatasan dengan Land Tjimanggis. Letak landhuis Tjilodong sejajar dengan Landhuis Tjitajam di sebelah barat dan Landhuis Tjilangkap di sebelah timur. Paralel dengan tiga landhuis ini di utara Land Tjilodong adalah Gemeente Depok, Landhuis Tjimanggis dan Landhuis Tapos.

Landhuis Tjilodong cukup baik akses ke jalan pos trans-Java hingga menuju Landhuis Tjilangkap. Juga cukup baik akses ke selatan menuju Tjibinong.

Satu-satunya akses ke barat adalah ke Landhuis Tjitajam melalui sungai di Pondok Terong (Peta Depok 1901). Pada Peta Depok 1938 akses Landhuis Tjilodong ke Landhuis Tjitajam mulai ditinggalkan dengan adanya jalan akses yang baru ke Gemeente Depok dan Ratoe Djaja melalui jembatan bambu di atas sungai Tjiliwong yang menjadi jembatan GDC yang sekarang.

Akses dari Tjilodong ini juga ke arah utara melalui jembatan di atas sungai Tjiliwong dekat Gemeente Depok yang dibangun pada tahun 1917. Dua jalan akses inilah yang menghubungkan Depok dengan Cibinong pada masa ini. Dalam perkembangannya jalan utama GDC (boulevard) ujung bercabang: ke selatan ke Cibinong dan ke timur ke Landhuis Tjilodong.

Penanda navigasi landhuis Tjilodong di masa lampau adalah Sitoe Gedong yang kini berubah nama menjadi Situ Cilodong. Posisi landhuis Tjilodong ini pada masa ini sekitar Sekolah Dasar Cilodong yang sekarang (tidak jauh dari kantor pos). Jalan akses dari Landhuis Tjilodong ke landhuis Tjitajam pada tempo doeloe diduga menjadi batas antara wilayah (kabupaten) Bogor dan (kota) Depok yang sekarang.

Sumber: poestahadepok.blogspot.com

1

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *