by

Despandri, Caleg DPRD Kota Depok yang Senang Blusukan

Despandri usai senam pagi bersama kelompok ibu-ibu.
Despandri usai senam pagi bersama kelompok ibu-ibu.

DepokRayanews.com- Banyak cara dilakukan calon anggota legislatif (Caleg) menjelang Pemilu serentak pada 17 April 2019 mendatang.

Despandri. caleg Partai Golkar untuk DPRD Kota Depok daerah pemilihan (Dapil) 6 yakni Cipayung, Sawangan dan Bojong Sari (Cisari) lebih memilih blusukan lamgsung ke warga ketimbang mengadakan pertemuan dengan mengumpulkan masyarakat di satu tempat

Despandri meyakini blusukan dan door to door ketemu warga dari satu RT ke RT lain akan lebih efektif dan lebih menyentuh warga

“Ya, dengan blusukan, warga bisa melihat dan ketemu langsung dengan calegnya. Warga bisa lamgsung ngobrol, bertanya dan menyampaikan unek-uneknya,” kata Despandri kepada depokrayanews.com, Jumat (8/3/2019).

Awalnya Despandri mempercayakan ke timnya untuk sosialisasi ke warga di beberapa wilayah yang dianggapnya berpotensi mendulang suara. Tapi ternyata respon warga biasa-biasa saja. Bahkan warga menanyakan sosok calegnya

Melihat reaksi seperti itu, Despandri kemudian merubah strategi. Itu diawali Despandri sambil bagi-bagi kalender menjelang akhir tahun lalu.

“Ternyata reapon warga berbeda. Begitu warga yang didatangi mengetahui yang datang itu adalag caleg, bukan tim sukses, responnya bagus sekali. Warga kemudian menanyakan visi misi dan akhirnya menyatakan dukungannya, ” kata Wakil Ketua DPD Partai Golkar Kota Depok itu.

Banyak warga merasa simpati begitu ketemu langsung dengan calegnya. “Wah, saya senang nih kalau calegnya yang turun. Saya siap bantu bapak dan siap jadi saksi di TPS,” kata Despandri menirukan komentar beberapa warga yang didatangi.

Banyak hal yang ditemukan Despandri ketika blusakan ke perkampungan warga terutama pada akhir pekan Sabtu dan Minggu.

Pertama, masih banyak warga yang sakit tapi tidak bisa berobat karena tidak punya uang dan tidak punya kartu KIS. Akhirnya mereka mengandalkan obat yang dijual di warung.

Kedua, banyak warga yang tinggal di rumah yang kurang layak karena kondisi rumah yang tidak layak huni dan lingkungan yang kurang sehat.

Despandri ketika bertemu dengan warga.
Despandri ketika bertemu dengan warga.

Ketiga, masih banyak pengangguran. Banyak orangtua yang bertemu dengan Despandri mengharapkan bisa dibantu dicarikan pekerjaan untuk anaknya.

“Ada satu keluarga tinggal di rumah kontrakan. Suaminya sudah meninggal beberapa tahun lalu. Akhirnya si istri harus banting tulang sendiri dengan jualan kue keliling kampung. Anak 3 orang. Yang pertama tamat SMA. Tahun lalu gagal masuk UNJ karena tidak punya dana untuk membayar uang masuk Rp 4,6 juta. Kini si anak akhirnya menganggur. Anak kedua laki-laki mengalami cacat dari kecil sehingga harus mendapat penanganan khusus. Anaknya ketiga kini kelas 10. Ibunya minta tolong bagaimana supaya anak pertamanya bisa bekerja sehingga bisa meringankan beban keluarga, ” kata Despandri.

Di Depok saat ini ada 72 ribu pengangguran yang sebagian besar adalah tamatan SMA.

Despandri berdialog dengan warga yang terkena stroke
Despandri berdialog dengan warga yang terkena stroke
Despandri ketika melihat salah satu warga yang tidak bisa berjalan sejak kecil.
Despandri ketika melihat salah satu warga yang tidak bisa berjalan sejak kecil.

Keempat, masalah kenakalan remaja terutama tawuran dan narkoba. Menurut Despandri kenakalan remaja itu meningkat karena anak-anak semakin kehilangan tempat bermain. Lapangan sepakbola semakin habis, begitu juga lapangan olahraga yang lain. Akhirnya anak-anak nongkrong di mulut gang atau di emperan toko di pinggir jalan. Dari sinilah kemudian muncul aksi tawuran dan penyalahgunaan narkoba.

Kelima, tingkat perceraian yang tinggi. Akhirnya banyak janda-janda muda yang berkumpul di warung-warung yang jauh dari keramaian.

“Mereka berkumpul di kafe-kafe yang kini semakin banyak bermunculan. Kalau ini tidak segera ditangani dikhawatirkan akan berdampak sosial kurang baik, ” kata Wakil Ketua Kadin Kota Depok bidang UMKM itu.

Tingkat perceraian tinggi karena lemahnya ketahanan keluarga. Rata-rata pendapatan warga Kota Depok hanya Rp 1,2 juta per bulan. Sedangkan kebutuhan hidup Rp 5 juta per bulan.

“Jadi ada ketimpangan yang luar biasa antara pendapatan dan pengeluaran. Ini yang membuat rentannya ketahanan keluarga, yang ujung-ujungnya terjadi perceraian, ” kata dia.

Menurut Despandri potret persoalan masyarakat itu dapat dilihat secara tajam apabila turun ke lapangan, melihat langsung kondisi masyarakat dan berdialog dengan masyarakat.

Kelima persoalan tadi, kata dia, harus mendapat perhatian dan penanganan serius. “Kalau tidak, ini akan menjadi persoalan sosial yang serius dan bisa menjadi bom waktu.

Khusus di bidang kesehatan, Partai Golkar Kota Depok sudah memberikan solusi bagi warga untuk berobat secara gratis di Rumah Sakita Citra Arafiq, terutama warga yang sudah memiliki Kartu Golkar Depok Sehat yang diluncurkan pertengahan tahun lalu. “Kartu khusus itu sengaja dikeluarkan Partai Golkar untuk membantu warga yang kurang mampu dan Kelurahan kesulitaan untuk mengakses rumah sakit karena tidak punya uang dan belum punya kartu KIS, ” kata Despandri. (mad)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *