by

Diam-diam, Sawangan Kini Lebih Maju dari Cinere

Depokrayanews.com- Tetangga masa gitu, mungkin itulah kalimat sinis yang diucapkan beberapa kawan saya yang asli Cinere, tak terkeculai saya.

Gimana ya, bayangkan saja, kecamatan yang dulunya lebih tertinggal dari Cinere, kini kondisinya sudah berubah total.

Perubahannya terlihat sangat pesat. Walaupun sama-sama dianaktirikan oleh Pemkot Depok seperti Cinere, nyatanya Sawangan kini bisa membuktikan dirinya.

Alhasil, Sawangan Depok menjadi kecamatan yang lebih maju ketimbang kecamatan tetangganya, Cinere.

Sawangan adalah sebuah kecamatan yang berada di Depok bagian barat. Sebelum terbentuknya Kota Depok, Sawangan dulunya bagian dari Kecamatan Parung, Bogor.

Kecamatan Sawangan berbatasan langsung dengan Parung di sebelah selatan, Tangsel di sebelah barat dan utara. Sawangan menjadi pintu gerbang utama untuk masuk ke wilayah Depok bagi warga Parung dan sekitarnya jika akan menuju Ciputat dan Jakarta.

Jika dibandingkan dengan Cinere, Sawangan memang lebih luas secara administratif. Kecamatan Sawangan mencakup 7 kelurahan, sedangkan Cinere hanya ada 4 kelurahan.

Dulu, Sawangan Depok adalah daerah yang bisa dibilang tertinggal, jika dibandingkan dengan tetangganya, yaitu Cinere. Mungkin karena Cinere lebih dekat dengan Jakarta Selatan makanya lebih diperhatikan pemkot, ya.

Akan tetapi sekarang Sawangan diam-diam mengejutkan. Kawasan ini sekarang tumbuh menjadi pusat perputaran ekonomi di Kota Depok membuat iri warga Cinere seperti saya.

Kenapa Sawangan dibilang diam-diam mengejutkan? Pertama, mari kita mulai dari kondisi jalan utamanya.

Kondisi jalan Sawangan Depok dulu terkenal jelek. Banyak tambalan di sana-sini, sudah gitu macetnya luar biasa. Pertigaan Bojongsari dan Pengasinan menjadi titik kemacetan paling parah di jam berangkat dan pulang kerja.

Akan tetapi siapa sangka kalau kondisi jalan utama di Sawangan kini sudah mulus bak porselen yang baru dipoles. Khususnya Jalan Raya Muchtar, jalan yang menghubungkan antara Sawangan dan daerah di Depok Kota. Dibandingkan dengan Cinere yang jalan utamanya tipikal beton gradakan, tentu saja jauh sekali perbedaannya.

Itulah mengapa sekarang Sawangan menjadi pusat perputaran ekonomi di Kota Depok. Warga jadi lebih leluasa bermobilisasi karena kondisi infrastruktur jalannya lebih mulus.

Satu hal lain yang tak kalah mengejutkan dari perkembangan Sawangan Depok adalah kehadiran mall megah, The Park Sawangan. Tapi sebelum membahas soal mall ini lebih jauh, saya ingin menjelaskan sedikit mengenai The Park Sawangan secara geografis, ya.

Sebenarnya The Park Sawangan berada di Kecamatan Bojongsari. Bojongsari dulunya masuk dalam wilayah teritorial Sawangan. Akan tetapi demi pertimbangan yang berkaitan dengan efektivitas pelayanan publik, maka sebagian wilayah Sawangan dipecah menjadi Kecamatan Bojongsari pada tahun 2008. Tapi, orang lebih menganggap Bojongsari adalah Sawangan. Lagi pula, nama Sawangan lebih terkenal di masyarakat. Oleh karena itulah kenapa mall tersebut diberi nama The Park Sawangan.

Mall megah ini dibuka pada tahun 2020 lalu. Kehadirannya jelas disambut riang gembira oleh warga Sawangan Depok dan sekitarnya. Pasalnya, dulu orang Sawangan harus ke Cinere atau Depok kota untuk bisa berbelanja ke mall.

Kalau dibandingkan dengan Mall Cinere, beda jauh. Kondisi Mall Cinere saat ini sudah seperti hidup segan mati pun enggan. Sudah nggak ada yang bisa dibanggakan dari mall satu ini.

Selain The Park Sawangan, kini banyak juga perumahan elite yang dibangun dengan embel-embel nama Sawangan. Sekarang nama Sawangan lebih terkenal di Kota Depok.

Sementara itu Cinere masih gini-gini saja. Jalan di Cinere tetap amburadul, mall-nya nggak punya gairah lagi, kemacetan merajalela, transportasi umumnya pun nggak bisa diharapkan. Akan tetapi mau gimana lagi, kenyataan harus diterima. Sebagai warga Cinere, jelas saya dan kawan-kawan cuma bisa iri dengan kemajuan Sawangan.

Eh, tapi kan yang namanya membanding-bandingkan itu nggak baik, ya. Jadi, nggak perlulah kita membandingkan Cinere dan Sawangan. Sudah pasti Cinere kalah. Eh. (Jarot Sabarudin)