by

Diana Anggraeni Raih Gelar Doktor Bidang Komunikasi Pembangunan

DEPOKRAYANEWS.COM – Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pancasila, Diana Anggraeni, meraih gelar Doktor ke 51 dari Institut Pertanian Bogor (IPB) pada sidang Promosi Terbuka yang dilakukan secara daring, Senin 28 Maret 2022.

Dalam disertasinya yang berjudul ‘Radio Komunitas sebagai Agen Perubahan Kesadaran Kritis pada Masyarakat di Sawangan dan Ujungberung’, Diana berhasil mempertahankan argumentasinya di depan Dewan penguji yang dihadiri oleh Dr. Ir. Sarwititi Sarwoprasodjo, MS (IPB University), Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS (IPB University), Prof. Andi Faisal Bakti, MA., Ph.D (UIN Syarif Hidayatullah), Dr. Ir. Wahyu Budi Priyatna, M.Si (IPB University), Mario Antonius Birowo, Ph.D. (Universitas Atma Jaya Yogyakarta), Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS (IPB University). Bertindak sebagai pimpinan sidang adalah Prof. Dr. Ir Ujang Sumarwan, M.Sc (Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB University).

Dalam pemaparannya, Diana mengatakan keberadaan radio komunitas terutama di wilayah perkotaan mengalami tantangan yang luar biasa akibat adanya tekanan system dan struktur yang ada dalam masyarakat, sehingga perlu upaya khusus untuk mengembangkan kesadaran kritis untuk ikut berpartisipasi.

Radio komunitas memiliki ciri khas yang berbeda dengan media mainstream yang ada dan sangat mengandalkan partisipasi khalayaknya dalam menjaga kearifan local dan menyelesaikan permasalahan di wilayahnya.

Diana juga menyampaikan bahwa manusia menurut kesadaran Freire, harus bertindak sebagai subjek, bukan objek. Oleh karenanya radio komunitas yang memiliki ciri dari, untuk dan oleh komunitas, menjadi media warga agar berada pada posisi sederajat, merdeka dan setara karena interaksi komunikasi yang dilakukan adalah secara dialogis dan semua anggota memiliki hak yang sama.

Penelitian yang dilakukan di dua lokasi yakni Radio Komunitas Seni budaya (RKSB) Maja di wilayah Ujungberung Bandung dan di Radio Komunitas Dapur Remaja (RKDR) di wilayah Cinangka Sawangan Depok, menemukan hasil bahwa RKSB melakukan kegiatan Pelestarian Seni Budaya dan RKDR melakukan kegiatan Pelestarian Lingkungan.

Sebagai radio yang focus pada pelestarian dan pengembangan seni budaya local, khalayak RKSB Ujungberung memiliki keprihatinan dengan maraknya informasi budaya modern, sikap masyarakat yang mengabaikan keberadaan seni local dan minimnya wadah untuk melakukan pertunjukkan.

Begitu pula pada khalayak di RKDR Sawangan yang prihatin dengan maraknya pembangunan yang melanggar aturan di sepanjang sungai pesanggrahan yang melewati wilayah Kelurahan Cinangka, sikap masyarakat yang membuang sampah ke sungai dan pengawasan yang kurang tentang pelestarian lingkungan, Diana menambahkan.

Melihat kondisi tersebut kahlayak di kedua radio komunitas kemudian melakukan kegiatan pelestarian seni budaya dan kegiatan susur sungai yang disiarkan melalui radio komunitasnya.

Ini merupakan bentuk kesadaran kritis bagi khalayak untuk melakukan aktivitas perbaikan. Ini pula yang dalam teori kesadaran kritis Freire yang diusung Diana dalam penelitian, dinyatakan bahwa individu yang memiliki kesadaran kritis akan melawan budaya diam dengan melakukan aksi secara kolektif. Selain itu, Diana menjelaskan untuk menjabarkan proses komunikasi yang terjadi pada individu dan kelompok digunakan teori consciousness raising communication, resepsi aktif Thayer dan komunikasi partisipatif dalam lokasi radio komunitas.

Dalam penelitiannya, Diana juga menyampaikan bahwa saat ini masyarakat belum bisa membedakan antara radio komunitas dengan radio mainstream (swasta ataupun public).

Padahal kedua memiliki karakteristik yang jauh berbeda dimana radio komunitas didirikan berdasarkan kesepakatan yang terjadi dalam komunitas, sehingga program dan kegiatan yang dilakukan harus dapat memenuhi kebutuhan komunitas dan tidak berorientasi kepada selera psar.

Diana menambahkan bahwa fungsi radio komunitas tidak hanya sekedar memberika hiburan, namun lebih luas dalam mendesiminasikan pesan informasi pendidikan, pembangunan di lingkungannya sehingga lebih tepat sasaran.

Untuk itu, penting bagi pengelola radio komunitas untuk mempertahankan, membangun kesadaran kritis khalayaknya dengan secara konsisten membuat program yang mampu mengakomodir dan mewakili aspirasi dari khalayaknya.

Dengan ikut berpartisipasi, maka khalayak komunitas akan menyadari pentingnya mereka bersuara dalam upaya memperbaiki hidupnya.

Dalam Penelitian disertasi ini pula Diana menawarkan model pembangunan kesadaran kritis yang dapat digunakan untuk memahami pendekatan komunikasi dalam dialog dan tindakan manusia melalui komunitas untuk mendorong khalayak komunitas dan masyarakat berperan aktif dalam pembangunan wilayahnya dengan pendekatan bottom-up dan horizontal.

Di akhir presentasinya, Diana mengambil kalimat Freire yang menyatakan bahwa dalam melakukan interaksi dialogis memerlukan kerendahan hati, kepercayaan dan keyakinan hati untuk belajar mendengar dari manusia lainnya walaupun ada perasaan budaya yang dianggap lebih rendah. Mampu menerima jika orang lain mengajar dan memperlakukannya secara sederajat. Disinilah inti dari kesadaran tersebut. (nes)

1

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *