by

Efek Politik ‘Lu Lagi Lu Lagi’, Golput di Depok Bisa Capai 50 Persen

Pilkada Depok

Depokrayanews.com- Peneliti Universitas Indonesia (UI), Herryansyah khawatir tingkat gololongan putih (golput), alias tidak akan menggunakan hak suaranya pada Pilkada Depok 9 Desember 2020 mendatang bakal tinggi, karena calon walikota yang tampil muka-muka lama.

“Saya khawatir ketika tidak ada bakal calon alternatif, kemungkinan Golput bisa 50% karena rakyat Depok malas melihat yang itu-itu aja atau 4L alias Lu Lagi-Lu Lagi,” kata Herryansyah dalam keterangan tertulisnya yang diterima, Selasa 18 Agustus 2020 malam.

Seperti diberitakan, meskipun belum mndaftar secara resmi ke KPU, hampir dipastikan akan terjadi head to head petahana antara Mohammad Idris dengan Pradi Supriatna, yang notabene sekarang masih menjabat sebagai Walikota dan Wakil Walikota Depok.

Idris akan berpasangan dengan Imam Budi Hartono yang diusung oleh PKS, PAN, PPP dan Demokrat. Sedangkan Pradi Supriatna berpasangan dengan Afifah Alia yang diusung oleh PDI Perjuangan, Gerindra, PKB, PSI dan Partai Golkar.

Dari empat nama calon itu, hanya Afifah Alia pendatang baru. Pengusaha properti dan toko bahan bangunan itu adalah kader PDI Perjuangan yang sempat menjadi calon anggota legislatif di daerah pemilihan Subang-Majalengka dan Sumedang, tapi gagal.

Tapi di mata Herryansyah, calon-calon yang bertarung dalam Pilkada Kota Depok itu adalah Pasangan 4L alias “Lu Lagi-Lu Lagi”,”

Menurut Herryansyah, masyarakat hanya akan dijadikan objek yang mau tidak mau, suka tidak suka, harus memilih pasangan yang sudah dicalonkan parpol-parpol penguasa DPRD Kota Depok, tanpa bisa memilih calon lainnya.

“Hal ini menunjukkan mandeknya regenerasi politik di Kota Depok selama ini karena tidak ada calon walikota baru yang diharapkan dapat membawa depok menuju arah yang lebih baik,” kata Herryansyah dalam keterangan tertulisnya yang diterima, Selasa 18 Agustus 2020 malam.

Menurut dia, karena yang muncul adalah petahana, maka warga Kota Depok sulit berharap akan ada terobosan atau kemajuan yang signifikan. Pada akhirnya perkembangan kota Depok hanya akan berjalan seperti biasa layaknya 5 tahun sebelumnya.

“Siapapun yang akan terpilih nanti tidak ada harapan baru, semangat baru, darah baru yang diharapkan bisa membawa perubahan yang signifikan bagi Kota Depok,” kata dia.

Di mata Herryansyah, tidak ada yang istimewa selama Idris-Pradi memimpin Kota Depok.

Kondisi Depok makin tidak jelas arahnya, tidak ada terobosan yang berarti bagi kesejahteraan masyarakat Depok apakah infrastruktur atau pelayanan lainnya.

Menurutnya, Depok yang seharusnya bisa memainkan peran strategis sebagai salah satu Kota yang berbatasan langsung dengan Ibukota Negara, justru terlihat hanya sebagai “pelengkap penderita” bagi DKI Jakarta.

“Karena Depok yang selalu terdampak dari berbagai masalah yang ada di DKI Jakarta, seperti masalah Banjir, Sampah, Urbanisasi, Kriminalitas, dan masalah social lainnya.

Kalaupun ada “hingar-bingar” pembangunan yang ada di sepanjang Jalan Margonda, itu lebih banyak di topang oleh sektor swasta yang memang mempunyai kepentingan ekonomi atas wilayah tersebut,” kata dia.

Tadinya dia berharap muncul calon altenatif dalam Pilkada Depok. Potensi tersebut sangat besar karena beberapa partai seperti Golkar, PKB, PAN, PSI yang apabila memiliki keinginan yang kuat untuk membawa perubahan ke kota Depok dapat berkoalisi dan mengusung paslon sendiri. (ril/wartakota)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *