by

Gaikindo Ungkap Penyebab Mobil Listrik Tidak Laku di Indonesia

DEPOKRAYANEWS.COM- Meskipun sudah diperkenalkan di Indonesia sejak dua tahun lalu, tapi penjualan mobil listrik masih belum menunjukan angka yang signifikan. Data Gaikindo Tahun 2021 menunjukan bahwa penjualan mobil listrik di Indonesia masih di bawah 1.000 unit. Padahal pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk memudahkan mobil listrik, seperti pajak yang murah, bebas ganjil genap

”Penjualan mobil listrik murni di Indonesia pada 2021 hanya 685 unit, ini cuma 0,07 persen dari total penjualan kendaraan 863.348 unit,” kata Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara kepada wartawan seperti dikuti, Jumat 22 April 2022.

Menurut Kukuh ada sejumlah alasan mengapa mobil listrik belum begitu laku di dalam negeri. Salah satu penyebab mobil listrik belum banyak dibeli masyarakat, yaitu harganya yang mahal. Mobil listrik paling murah yang bisa dibeli konsumen saat ini adalah Hyundai Ioniq Electric Rp 682 juta.

Harga segitu tidak cocok dengan karakteristik konsumen di dalam negeri karena lebih dari dua kali lipat area rentang harga mobil baru yang paling banyak dibeli, yaitu di kisaran Rp 300 juta.

“Hampir 70 persen masyarakat Indonesia membeli mobil yang harganya di bawah Rp300 juta. Artinya sangat jauh dengan harga mobil listrik,” kata Kukuh.

Selain harga, mobil listrik yang tersedua saat ini di Indonesia tidak sesuai dengan karakteriktis masyarakat, yaitu Multi Purpose Vehicle (MPV) semacam Toyota Avanza atau Suzuki Ertiga yang punya tujuh tempat duduk. Mobil listrik yang sekarang ditawarkan adalah jenis sedan, hatchback, dan SUV yang semuanya cuma muat lima penumpang.

Segmen otomotif Indonesia berbeda dari negara-negara lain karena penjualan paling dominan adalah MPV 7 penumpang.
“Jenis-jenis kendaraan yang dibeli masyarakat itu MPV karena kegunaannya macam-macam, antar anak sekolah, belanja, rekreasi dan juga ke kantor,” kata Kukuh.

Alasan yang agak mendasar, kata Kukuh, adalah soal kebiasaan. Perlu waktu untuk menyesuaikan dengan mobil listrik dibanding mobil konvensional. Dia mengingatkan perubahan ini mungkin lebih besar dari transisi transmisi manual ke transmisi otomatis.

“Bisa dibayangkan kalau pakai bahan bakar minyak pada waktu pengisian mungkin 3-5 menit ok. Tapi kalau kendaraan listrik pada waktu charging itu bermacam-macam, bisa lebih dari 2 jam bahkan sampai 15 jam. Apakah masyarakat konsumen siap menghadapi hal-hal seperti ini?” kata dia.

Pada bagian lain Kukuh juga menyampaikan masih ada tantangan soal produksi dalam negeri, terutama pada komponen baterai, yang dikatakan mewakili 40-60 persen harga mobil listrik. Begitu juga soal infrastruktur dan jarak tempuh mobil listrik terbatas.

Denny Gatot Setiawan, Branch Manager PT Arista Karya Abadi, dealer mobil Hyundai Kota Depok mengatakan selama menjual mobil listrik di Kota Depok, baru laku sekitar 10 unit. Sementara mobil biasa, seperti Hyundai Creta yang baru bisa terjual 25 unit per bulan.

”Perlu waktu untuk melakukan edukasi kepada masyarakat tentang kelebihan mobil listrik,” kata Denny kepada depokrayanews.com. Dealer mobil Hyundai Depok memajang 2 unit mobil listrik yang bisa dilihat calon konsumen yakni IONIQ Electric dan KONA Electric. (red/cnn)

1

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *