by

Ini Pengakuan Winardi Soal Pengangkatan Dirinya Sebagai Imam Mahdi

Winardi inilah yang mengaku sebagai Imam Mahdi.

DepokRayanews.com- Masyarakat Kota Depok sempat dihebohkan dengan beredarnya undangan Halal Bihalal yang akan digelar oleh keluarga besar Padepokan Trisula Weda di Kampung Perigi, Kelurahan Bedahan, Kecamatan Sawangan. Pada undangan itu disebut acara akan digelar pada 6 Juni 2019 yang akan dihadiri Sang Pembaharu, Imam Mahdi.

Undangan itu beredar luas di masyarakat Kota Depok melalui jaringan media sosial. Sontak kabar itu mengusik banyak pihak, termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Depok, Nahdatul Ulama, dan tokoh masyarakat. Kapolsek Sawangan Kompol Suprasetyo langsung menuju ke lokasi yang tertera di undangan. Ternyata pimpinan padepokan sedang tidak ada di tempat.

Alhasil dari pembicaraan para tokoh agama, aparat pemerintahan dan pihak keamanan disepakati untuk menggadakan pertemuan mediasi, supaya informasi ini tidak melebar dan berpotensi konflik, terutama dari Ummat Islam. Pertemuan itu digelar di Kantor Kecamatan Sawangan. Ternyata yang mengaku Imam Mahdi itu adalah Winardi, yang tidak lain adalah pimpinan Padepokan Trisula Weda itu.

Bagimana ceritanya ?

Rupanya, Winardi mengaku sebagai Imam Mahdi berawal dari sebuah mimpi yang menurut dia atas perintah Allah SWT.
Julukan Imam Mahdi itu diberikan oleh Allah SWT setelah menjalankan perintahnya melalui mimpi.

Dalam mimpi, Winardi melalui perjalanan rohnya dari Padepokan Trisula Weda di Kampung Perigi, Kelurahan Belahan, Kecamatan Sawangan, Kota Depok, ke kampung halamanya di wilayah Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Di sanalah Winardi bertemu dengan almarhum kakek, nenek, ibu, bapak, dan leluhurnya.

Setelah itu, Winardi merasa dirinya diperjalankan ke Tanah Suci, Arab Saudi. Menjalankan di waktu malam hari mendapatkan perintah dan kehendak Allah. ”Ini bukan kemauan saya. Pemberian nama Imam Mahdi diberikan oleh Allah SWT. Jadi bukan saya memberikan nama itu (Imam Mahdi),” kata Winardi di hadapan tokoh agama, tokoh masyarakat dan Kapolsek Sawangan di kantor Kecamatan Sawangan, Rabu (29/5/2019).

Sesampainya di Tanah Suci, sambung Winardi, dirinya diarahkan oleh para leluhurnya untuk memandu menjalankan ibadah tawaf di Masjidil Haram. Lalu menjalankan ibadah jumroh aqobah dengan mengambil 7 batu krikil.
“Selanjutnya saya diperjalankan ke makam Nabi Muhammad SAW di Madinah,” kata dia.

Sejak itu, Winardi mengaku sebagai Imam Mahdi. Pengikutnya lumayan banyak, sekitar 70 orang. Mereka sering mengadakan pertemuan di padepokan itu. Rata-rata bukan orang Sawangan atau orang, Depok. Tapi pengikutnya datang dari daerah lain, termasuk dari luar Pulau Jawa.

Ketua MUI Depok, Dimyati Badruzaman kemudian menanggapi cerita yang disampaikan Winardi. MUI membuka tiga kitab yang membahas Imam Mahdi yang akan turun di akhir zaman nanti dan tidak sesuai sama sekali dengan Winardi.

Menurut Dimyati, Imam Mahdi adalah cucu dari keturunan Nabi Muhammad SAW yang menandakan akhir zaman. Sedangkan Winardi bukan dari keturunan Nabi Muhammad SAW sesuai Alquran dan Hadist nabi.

“Pak Winardi ini namanya pun jelas beda dengan nama Imam Mahdi, sesuai di kitab-kitab, maka kami sepakat untuk menyatakan bahwa ada orang yang tidak lagi sesuai dengan ajaran hadis maka ini salah, keliru, dan tidak benar. Maka ini ajaran yang menyimpang. Kami meminta agar dia bertobat dan gelar Imam Mahdi agar ditinggalkan, dan muridnya agar meninggalkan karena tak sesuai dengan ajaran,” kata Dimyati.

Setelah mendapatkan nasehat dan masukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Depok bahwa julukan yang diberikan Imam Mahdi adalah keliru, Winardi mengaku menyesal dan meminta ampunan (tobat) kepada Allah SWT.
“Bahwa kegiatan saya lakukan salah dan keliru, saya tobat. Saya menyesal. Pengikut saya sekitar 70-an,” kata dia. Winardi kemudian dipadu membacakan kalimat syahadat. (ris)

uhammad SAW.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *