by

Inilah Kisah Perjalanan Hidup Ustad Arifin Ilham

Ustad Arifin Ilham saat dirawan di Malaysia

DepokRayanews.com- Kabar duka datang dari Malaysia, Rabu (22/5/2019) malam. Ustad Arifin Ilham meninggal dunia. Kabar itu disampaikan Alvian, anak Ustad Arifin Ilham, lewat akun Instagram.

“Innalillahiwainnailaihi rojiun. Telah wafat Abi kami tercinta Abi @kh_m_arifin_ilham. Semoga Allah terima amal ibadahnya, diampuni semua dosanya, dimasukkan ke surganya Allah SWT,” tulis Alvin.

Alvin mengatakan, jenazah Ustad Arifin Ilham akan segera dipulangkan dari Malaysia dan akan dimakamkan di Pesantren Az-Zikra Gunung Sindur, Bogor.

Muhammad Arifin Ilham, atau yang lebih dikenal dengan Ustad Arifin Ilham atau Ustad Dzikir adalah seorang ustad yang lahir pada 8 Juni 1969, berasal dari Banjarmasin. Arifin adalah pendiri Majelis Adz-Dzikra yang didirikan pada tahun 2000.

Arifin dari lahir sudah bergigi. Ketika kecil, badungnya bukan alang kepalang. Ia nyaris membakar rumah, hanya karena permintaannya tidak dituruti, beliau juga dulu pernah tenggelam di sungai. Untung saja diselamatkan ibunya. Doa kedua orang tuanya di Tanah Suci akhirnya mengubah perangai Arifin, hingga akhirnya setelah perangai buruknya berubah, Arifin mau menuntut ilmu di pesantren selama bertahun-tahun dengan kehidupan sederhana ala pondok.

Suatu hari, menjelang magrib tahun 1997, Arifin menangkap seekor ular kobra sepanjang satu meter lebih di semak-semak. Ular berkepala segi tiga dan di atasnya ada warna merahnya itu warnanya sangat indah. Ular tangkapan Arifin itu diberi makan oleh Sulaeman, salah seorang jemaahnya.

Pagi itu Arifin kedatangan tamu, Cut Tursina, ibu angkatnya, seorang dokter gigi, yang minta tolong diantar ke Parung untuk mencari pohon hias. Usai salat duha (salat sunah pagi hari), Arifin langsung naik ke mobil. Entah kenapa, mendadak Arfin turun lagi untuk melihat ularnya.

Saat naik ke mobil lagi, Arifin memberi tahu Cut bahwa tangan kanannya digigit ular. Cut mengajaknya ke dokter, tapi Arifin menolak karena merasa tidak ada gejala sakit apa-apa di tubuhnya. Ia bahkan yang mengemudikan mobilnya. Mereka bertiga pun berangkat sekitar pukul 10 pagi dan rencananya akan mampir ke warung untuk makan, sebelum mencari pohon hias. Tapi, sekitar 200 meter menjelang warung makan langganan mereka di Parung, Arifin tiba-tiba mengeluh pandangan matanya mulai kabur dan mulai sulit bernapas. Ia meminta kepada Cut untuk menggantikannya mengemudi.

Cut yakin bisa ular itu sudah bereaksi sehingga ia harus bertindak cepat untuk melarikannya ke rumah sakit. Setelah keliling ke berbagai rumah sakit di Bogor dan Parung, Arifin segera dibawa ke RS Bakti Yudha di Depok. Kondisi tubuh Arifin benar-benar makin buruk saat tiba di rumah sakit itu sekitar pukul 12 siang.

Cut dan Sulaeman bahkan sudah sempat menalkin (menuntun zikir bagi mereka yang akan meninggal) Arifin. Beberapa menit sebelum akhirnya tak sadarkan diri, Arifin pun berdoa, “Ya, Allah… kalau hamba tidak lagi bermanfaat hidup di dunia, segeralah hamba Kau panggil ke haribaan-Mu. Tapi, kalau hidup hamba akan bermanfaat dunia-akhirat, maka berilah kesempatan pada hamba untuk hidup.”

Arifin bersyukur kesehatannya secara bertahap pulih kembali, setelah 21 hari mengalami koma. Setelah sebulan menunggui Arifin di rumah sakit, ayahnya pun kembali ke Kalimantan, sementara ibunya menemaninya di rumahnya di Depok.

Perlahan-lahan lumpuh pada kaki dan tangan Arifin mulai sirna, dan belakangan tinggal matanya yang silau setiap kali melihat cahaya. Tapi, tak lama kemudian keadaan matanya berangsur membaik. Ia juga sudah mulai aktif kembali ke Masjid Al-Amru Bit-Taqwa, masjid yang didirikan olehnya bersama tetangganya di Perumahan Mampang Indah II, Depok. Selain berceramah, Arifin mulai lagi memperbanyak zikir berjemaah.

Budi Noor dan Abdul Syukur, orang dekat Arifin, mengemukakan bahwa zikir berjemaah itu sudah dilakukan jauh sebelum Arifin mengalami koma akibat digigit ular. “Saya rasa keliru kalau menganggap Ustad Arifin berzikir setelah digigit ular kobra dan lolos dari maut. Jauh sebelum itu Ustad Arifin sudah sering kali memimpin jemaah zikir!” kata Budi Noor.

Ustad Arifin Ilham ketika berzikir bersama dengan Walikota Depok Mohhamad Idris.

Arifin juga mengelak anggapan beberapa media bahwa ia berzikir sebagai ungkapan rasa syukur karena telah lolos dari maut. “Arifin berzikir karena ingin mencintai Allah secara lebih total! Arifin prihatin melihat kenyataan umat Islam yang saat ini sedang terpuruk, dizalimi, difitnah, dan ditindas. Anehnya, umat Islam yang di Indonesia katanya mayoritas ini, ternyata tak berdaya sama sekali untuk melawannya. Ia sedih, para koruptor besar bebas dari hukuman, sementara orang yang belum tentu bersalah sudah menerima hukuman berat,” kata Arifin.

Arifin kemudian mengatakan sudah memperkenalkan zikir berjemaah di masjidnya sekitar tahun 1997. Ketika itu, jumlah jemaahnya hanya dua-tiga orang saja. Tapi, Arifin terus berusaha meyakinkan para jemaahnya bahwa zikir berjemaah itu sangat besar faedahnya.

Arifin menyadari, untuk mengajak ke jalan kebaikan itu tidaklah mudah. Setelah bertahun-tahun berzikir di masjid dengan dua-tiga jemaah, belakangan mulai bertambah menjadi satu saf (sebaris salat, sekitar 15 orang), dua saf, dan akhirnya masjid pun dipenuhi jemaah zikir.

Setelah Arifin berulang kali tampil berzikir di layar teve, belakangan jumlah jemaah yang datang pun makin tak tertampung lagi di masjidnya. Apa boleh buat, ia pun terpaksa memasang tenda dan tikar di depan dan belakang rumahnya menuju ke masjid. Majelis zikir yang diselenggarakan setiap awal bulan itu didatangi puluhan ribu jemaah.

Kenapa zikir Arifin saat ini terasa begitu memikat? Syaefullah, mahasiswa program pascasarjana UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatullah, menilai, kelebihan zikir yang dibawakan Ustad Arifin itu adalah sangat sederhana dan mudah dipahami semua orang.

Menurutnya, ada lima sebab utama kenapa zikir Arifin segera menasional. “Pertama, zikir beliau ini lepas, tidak terikat dengan pakem dan tarekat tertentu, sehingga setiap orang bisa mengikuti tanpa harus dibaeat (diambil sumpah). Kedua, cara berzikirnya mudah diikuti oleh orang awam sekalipun, karena setiap kali selalu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Ketiga, zikirnya itu bukan sekadar zikir, tapi ada muhasabahnya, yaitu usaha mengoreksi diri sendiri, sehingga setiap orang bisa langsung tersentuh. Keempat, zikirnya ini bukan sekadar zikir lisan, tapi sampai ke hati, sehingga semua orang bisa menangis karenanya. Kelima, zikirnya itu bisa diikuti oleh semua orang dari semua golongan,” paparnya.

Arifin mengaku sudah beberapa kali mengalami kejadian yang nyaris merenggut nyawanya. Selain pernah nyaris mati tenggelam di sungai sewaktu kanak-kanak, kemudian digigit ular berbisa, Arifin juga nyaris mati saat melintasi rel kereta api di Citayam, Bogor, tahun 1996.

Karena di perlintasan itu tidak ada pintunya, Arifin langsung saja melintasi rel itu. “Begitu masuk ternyata ada kereta lewat, sehingga pantat mobilnya tinggal beberapa sentimeter saja dengan badan kereta itu. Semua orang di jalan itu berteriak bahagia karena Arifin lolos dari maut,” kenangnya. “Setahun berikutnya, Arifin juga nyaris mati ketika hampir tubrukan dengan truk. Jaraknya juga tinggal beberapa sentimeter saja,” kata Arifin. (red/berbagai sumber)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *