by

Jelang Pilkada Depok: Mohammad Idris Masih di Atas Angin

Walikota Depok, Mohammad Idris.

DepokRayanews.com- Pengamat Sosial dari Univeritas Indonesia (UI), Devi Rahmawati menyebut, hingga saat ini belum ada yang bisa menandingi petahana Mohammad Idris pada Pilkada Kota Depok yang akan digelar tahun depan. Hal itu dikuatkan dengan hasil survei yang dilakukan Devi bersama timnya.

“Patahana masih di atas angin. Sampai saat ini belum ada yang muncul penantang petahana.” kata dia usai acara Diskusi Politik “Siapa Penantang Petahana di Pilkada 2020” ditinjau dari perspektif akademisi, pers dan masyarakat, Grand Depok City, Cilodong, Rabu (18/9) malam. Acara tersebut diselenggarakan oleh Kalam-HMI (Kumpulan Alumni HMI Kota Depok) yang dimotori Hendrik Reusuki dan Furkan.

Devi mengungkapkan, meski belum menemukan sosok penantang, bukan berarti tidak sama sekali ditandingi. Salah satu cara menandinginya adalah dengan menampilkan sosok yang memiliki kemampuan yang sepadan. Diantaranya 10 program unggulan Kota Depok yang sebagian besar terlaksana dengan baik dan perolehan prestasi.

“Kenapa petahana diatas angin, karena prestasi yang bisa meyakinkan publik dan banyaknya massa yang kuat. Minimal penantangnya bisa menyamai prestasi atau menambahi program yang sudah ada. Program lain yang jelas bisa dirasakan Kota Layak Anak dan geliat sektor bisnis serta jasa. Sayangnya untuk menandinginya, sampai saat ini belum ada,” kata dia.

Saat ditanya apakah ada tokoh alternatif lain, Devi secara tegas mengatakan belum ada, meskipun sempat muncul nama Iwan Fals yang popular di masyarakat, Menurut Devi, popularitas tidak bisa menjamin dalam keterpilihan. Popularitas tinggi berbeda dengan elektabilitas.

“Program yang dijalankan selama ini juga cukup bagus dan berjalan. Apalagi, dalam survey itu 40 persen masyatakat berharap agar program saja yang berjalan dan tidak melihat sosok,” terangnya.

Menurutnya, menjadi seorang pemimpin adalah membangun sebuah monumen yang bisa dilihat dan dirasakan saat tidak menjabat. Pasalnya, langkah tersebut merupakan pola yang dijalankan Negara maju atau di Barat.

“Yang dilakukan sekarang adalah membranding secara berkesinambungan dan membuat monumen peninggalan, bukan malah meruntuhkannya. Menjadi walikota atau wakil walikota itu bukan saja penyambung partai saja. Namun, bagaimana bekerja dengan sebaik-baiknya dan otomatis partai akan dikenal dengan sendirinya,”paparnya.

Sementara itu, Pengamat Kebijakan Publik dari UI, Lisman Manurung menuturkan untuk menjadi pemimpin haruslah berkolaborasi. Terlebih lagi, lanjutnya, permasalahan kota yang dihadapi adalah sama seperti moda angkutan transportasi massal. Belum lagi, masalah SDM yang masih kurang.

“Siapapun yang menjadi Walikota Depok tentunya akan menghadapi masalah dan tugas yang berat. Banyangkan saja, untuk ASN saja hanya kurang lebih 8 ribu orang berbeda dengan DKI yang mencapai 80 ribu ASN. Belum lagi, APBD Kota Depok yang minim jika dibandingkan dengan kota penyangga DKI Jakarta,” kata dia (ril)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *