by

Kampung 99 Pepohonan Depok, Kini Menjadi Inspirasi Dunia Internasional

Bersama Eddy Djamaluddin, pemilik Kampung 99 Pepohonan.
Bersama Eddy Djamaluddin, pemilik Kampung 99 Pepohonan.

Suasana asri di kawasan Kampung 99 Pepohonan.
Suasana asri di kawasan Kampung 99 Pepohonan.
Gerbang utama Kampung 99 Pepohonan.
Gerbang utama Kampung 99 Pepohonan.
Asrinya Kampung 99 Pepohonan, Meruyung, Depok.
Asrinya Kampung 99 Pepohonan, Meruyung, Depok.

Depokrayanews.com- Kampung 99 Pepohonan. Pasti sudah banyak yang mengenal lokasi ini. Dan pasti banyak yang sudah sampai ke kawasan yang terletak di Jalan KH. Muhasan II, Kelurahan Meruyung, Kecamatan Limo, Kota Depok.

Bagi yang belum pernah ke sana, barangkali Masjid Kubah Mas Al Mahri di Meruyung, bisa menjadi patokan yang paling tepat. Ada jalan masuk, tidak terlalu lebar, persis di seberang gerbang utama Masjid Kubah Mas Al Mahri. Anda telusuri jalan yang kiri-kanannya banyak rumah penduduk.Tidak sampai 1 km, ada jalan menurun, setelah melewati jembatan lalu berbelok ke kiri, menyisir kali irigasi yang dibuat zaman Belanda.

Hanya beberapa ratus meter, di sebelah kanan anda akan menemukan sebuah bangunan kayu berlantai tiga di pinggir jalan. Lahan parkirnya tidak terlalu luas dan tidak ada pagar pembatas dengan jalan KH. Muhasan II, jalan umum yang biasa dipakai masyarakat sekitar Meruyung.

Kemudian, di sebelah kanan bangunan berlantai tiga, ada jalan lorong yang dibatasi bermacam pohon tinggi di kiri kanannya. Jalan itu adalah menuju restoran, ruang pertemuan dan beberapa rumah kayu. Dulu, restoran sekaligus menjadi ruang reception.

Tapi sejak dua bulan terakhir, manajemen Kampung 99 Pepohonan membangun rumah kayu berlantai tiga. Sepintas memang belum 100 persen selesai.

Begitu masuk ke bangunan berlantai tiga, anda akan diterima pegawai yang menanyakan, apa yang bisa mereka bantu. Biasanya, yang datang ke situ, tujuannya untuk bermain sejenak dengan alam, menghirup udara yang segar, sambil menikmati aneka makanan yang disiapkan di restoran. Apalagi di sana juga tersedia susu sapi dan susu kambing segar, yang dingin atau panas sesuai permintaan.

Ada juga yang datang untuk melihat kawasan peternakan sapi, kambing, domba dan ikan. Bagi anak-anak ikut mencoba bagaimana memeras susu sapi, sebuah kesenangan tersendiri.

Nyaman, itulah kesan pertama yang dirasakan begitu masuk ke Kampung 99 Pepohonan. Bangunan tradisonal dari kayu yang begitu artistik, membuat kita dibawa pada sebuah suasana kampung yang sangat tradisional. Belum lagi rimbunnya pepohonan yang membuat suasana yang sejuk.Entah berapa ratus ribu pohon yang sudah ditanam di kawasan itu sejak tahun 1998.

Yang pasti, kalau sudah masuk ke kawasan itu, anda malas untuk bergerak pulang ke rumah. Suasana hutan di pinggir kota, sangat sejuk. Sesekali terdengar bunyi binatang dan burung. Anginnya yang semilir, sangat memanjakan badan ingin istirahat. Udaranya benar-benar bersih dan segar.

Pihak Kampung 99 Pepohonan menyediakan satu rumah yang bisa dipakai bagi yang ingin beristirahat sejenak. Dari panggung rumah itu, kita bisa melihat aliran Kali Pesanggrahan. Kemudian di sisi yang lain, ada kandang buaya dan babi hutan yang bisa dilihat dari dekat.

Di antara pepohonan itu, dibuat jalan setapak. Ketika menelusuri jalan setapak itu, anda akan menemukan beberapa bangunan rumah kayu. Kemudian di sebelah bawah ada ruang pertemuan atau aula yang sangat luas, bisa menampung sekitar 300 orang. Semuanya dari kayu, berlantai papan.

Di bagian depan aula itu terdapat peralatan music lengkap dengan shound system yang siap pakai setiap saat. Di sebelah kanan aula terdapat sebuah foto dua laki-laki setengah baya. sepintas foto ituang sudah lama. Kalau saja namanya tidak ditulis di foto itu, barangkali anda tidak mengenali, terutama angkatan 80-an. Padahal itu adalah foto penyanyi terkenal: John Mayall yang pernah berkunjung ke Kampung 99 beberapa waktu lalu.

Di sebelah Mayall ada laki-laki dengan rambut yang sudah memutih pakai baju kotak-kotak. Di bagian bawah tertulis nama: Edd Jamall. Siapa dia?

Edd Jamall, adalah sosok yang menjadi inspirator dan membidani lahirnya Kampung 99 Pepohonan. Laki-laki yang kini berusia 67 tahun itu, mulai membangun kawasan itu dengan membeli tanah secara bertahap sampai kemudian menjadi 5 hektar.

Nama aslinya Eddy Djamaluddin Suaidy, laki-laki blasteran Maninjau, Sumatera Barat dengan Madura. Bapaknya, HM Saleh Suaidy, adalah salah satu tokoh yang dikenal pendorong Proklamasi Kemerdekaan dan pendiri Departemen Agama Republik Indonesia.

Karena lahir dari seorang bapak yang sangat mendalami dan menguasai ilmu agama, dari mulut Abi—begitu dia biasa dipanggil di Kampung 99 Pepohonan, gampang sekali keluar ayat-ayat Al Quran yang mendorong dan mengajak ummat berbuat baik dan menjaga alam semesta dengan baik.

Abi orangnya nyentrik. Senang main dan koleksi motor antik, mobil antik, jago main alat musik dan kalau menyannyi seperti Bob Tutupoli.

Al Quran juga lah yang mendorong Abi untuk menjaga alam, kemudian beternak sapi, kambing dan domba. Dahulu, sebelum hijrah ke Meruyung, Abi tinggal di kawasan elite Jakarta Selatan. Berbisnis macam-macam, termasuk sepeda motor dan mobil antik. Hobinya naik motor besar ke mana-mana. Dunia yang berkecukupan itu membuat Abi berkenalan dengan banyak orang, termasuk dengan kalangan pejabat.

Tapi, makin lama, Abi merasakan hidup di tengah kota sudah tidak nyaman. Kemacetan, polusi udara dan berbagai problema kehidupan. Abi melihat sebagian masyarakat sudah tidak terlalu peduli dengan lingungan, Gedung pencakar langit, jalan-jalan diaspal, dibetonisasi, sehingga air tidak lagi bebas mengalir, dan meresap ke dalam tanah. Itulah kemudian yang menyebabkan banjir di mana-mana. Akhirnya, Abi memutuskan untuk meninggalkan kebisingan ibukota.

Ketika pada 1998 ada tawaran untuk membeli tanah seluas 500 meter di kawasan Meruyung, Abi langsung setuju. Apalagi tanah itu milik rekannya, seorang ajudan tokoh penting pada masa itu. Di atas tanah itu, Abi membangun rumah kayu ala Temohon, Manado. Pemakaian semen hanya untuk pondasi. Yang lainnya, terbuat dari kayu. Di atas tanah itu ada kayu suren yang sangat disenangi Abi. Sampai kini kayu suren itu masih dibirkan tumbuh, tinggi, tidak akan ditebang. Rumah tanpa pagar itu sengaja dibuat menghadap kali irigasi yang dibangun zaman Belanda.

Di seberang kali itulah, kemudian Abi mengembangkan Kampung 99 Pepohonan. Awalnya beli 300 meter. Kemudian beli lagi, beli lagi sampai kemudian mencapai 5 hektar. Tidak semua tanah itu dibayar Abi dengan uang, tapi ada yang ditukar dengan mobil. Lokasi Kampung 99 itu diapit dua aliran air. Pertama, kali irigasi dan di belakangnya Kali Pesangrahan, yang mengalirkan air dari Bogor sampai ke Jakarta.

Awalnya kawasan itu merupakan tanah gersang yang tidak produktif. ‘’Orang bilang itu tanah jelek, tapi bagi saya tidak ada tanah jelek,’’ kata Abi. Dari tangan Abi lah kawasan itu kemudian disulap menjadi hutan yang tertata. Di sepanjang pinggir Kali Pesangrahan, ditanami berbagai jenis pohon, seperti jati putih, jati, beringin, rengas, bintaro, damar, mahoni, kayu manis, kayu putih, kopo, trembesi, sonokeling, ketapang, kirai, karet, maja, eboni, rotan, nyamplung, puspa, putat, rembang serta beragam pohon keras lainnya.

Dari pinggir kali , Abi mengawali budaya kebersamaan dan kekeluargaan. Kegiatan mulai dari pengerukan sampah, penimbunan kakus cemplung menjadi tanah padat, penanaman pohon di atas lahan dan pinggir kli, membuat turap pinggir kali supaya tidak erosi, kesemuanya dilakukan secara bersama-sama/gotong royong. Inilah Cikal Bakal Kampung 99 Pepohonan.

“Kami ingin menselaraskan kehidupan yang alami di Kampung 99 Pepohonan ini, dimana sesungguhnya alam adalah sahabat manusia yang harus dijaga. Oleh karena itu konsep Kampung 99 Pepohonan ini adalah kembali ke alam,” kata Eddy Djamaluddin Suaidy kepada Depokrayanews.com, Rabu 910/8/2016) lalu.

Lalu, kenapa harus 99 ? Menurut Abi, setiap hidup memiliki filosofinya. Kalau mengacu kepada nilai-nilai riligi, 99 adalah sifat yang Maha Hak. Maka apa yang dimulai Abi dengan kalimat 99 itu merupakan sebuah refleksi dari kebesaran Allah Swt. Kemudian angka 99 itu adalah lambang kesetaraan, tidak ada perbedaan satu sama lain.

“Karena hidup adalah perjalanan panjang, bukan sekilo dua kilo meter, bukan setahun dua tahun, tetapi berkelanjutan dari mulai kita, anak cucu, hingga generasa mendatang. Karena itulah kita harus menyiapkannya,” kata Abi.
Karena kegigihannya menanam pohon, menjaga dan memelihara hutan sebagai paru-paru kehidupan, Abi sudah sering diundang markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk berbicara di beberapa negara tentang hutan dan kehidupan.

Anehnya, di Indonesia, orang semacam ini kurang mendapat perhatian dari pemerintah, termasuk dari Pemerintah Kota Depok. Tidak heran, kalau banyak aparat pemerintah yang tidak mengenali sosok di balik keberhasilan Kampung 99 Pepohonan.

Kini, ketika sudah banyak yang berkunjung, Kampung 99 Pepohonan harus menyiapkan sarana yang dibutuhkan banyak orang. Mulai dari restoran, penginapan, aula pertemuan, sarana ibadah, sampai berbagai permainan alami.
Abi tidak ingin Kampung 99 Pepohonan hanya sekadar tempat yang bersahabat dengan alam, tetapi harus diisi dengan kehidupan lainnya. Karena itu, di Kampung 99 Pepohonan, ada kawasan peternakan, .

‘’Di tempat ini saya beternak kambing, sapi, dan binatang peliharaan lainnya. Dari sanalah siklus kehidupan itu berjalan. Ketika manusia perlu minuman yang menyegarkan, kita sudah punya susu sapi dan susu kambing yang bisa kita minum. Kalau kebanyakan, tinggal kita jual. Kalau sudah begitu, tentu bonusnya adalah uang. Tetapi itu bukan tujuan, melainkan bonus dari siklus hidup yang berkelanjutan,” kata Abi.

Di kawasan itu, kemudian Abi membuat Kampung Kartun bekerjasama dengan para kartunis di seluruh Indonesia. Karya-karya mereka dipajang menghiasi dinding lantai dua bangunan kayu itu. Di ruangan itu, Abi ingin mengajak orang untuk mengisi waktu dengan membuat kartun, melukis dan membatik.

Abi juga membuat Saung Edukasi Anti Narkoba dengan slogan: Stay Green Stay Clean. Dalam waktu dekat, Abi menggandeng BNN dan BNK Depok untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba di saung itu. ‘’ Narkoba sudah sangat mengkhawatirkan, ini tidak boleh dibiarkan, kita harus berbuat,’’ kata dia dengan semangat berapi-api.

Kini, Kampung 99 Pepohonan bukan lagi kebanggaan orang Depok, bukan lagi kebanggaan orang Indonesia, tapi sudah menjadi kebanggaan dunia, karena Kampung 99 Pepohonan adalah salah satu hutan milik pribadi yang sangat luas di dunia, dengan beragam pepohonan.

Banyak universitas, termasuk luar negeri yang sudah melakukan kajian di Kampung 99 Pepohonan ini. Bahkan beberapa turis asing sangat terkesan begitu melihat dan membaur dengan kehidupan alam di Kampung 99 Pepohonan. Dan karena Kampung 99 Pepohonan itu, Eddy Djamaluddin Suaidy kini menjadi pembicara terkenal di dunia internasional. Kampung 99 Pepohonan kini sudah menjadi inspirasi dunia internasional. Sukses Abi, terus lah berbuat dan tularkan ke anak-anak muda dan cucu-cucu kita. (desfandri)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *