by

Mahasiswa Rentan Terkena Penyakit Tifus

Lydia Masyita
Lydia Masyita

Oleh: Lydia Masyita

Demam tifoid atau yang sering disebut penyakit tifus merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Thypi (World Health Organization, 2014).

Penyakit tifus ditransmisikan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri Salmonella Thypi.

Bakteri yang tertelan masuk ke dalam lambung kemudian menuju usus dan berkembang biak menyerang saluran pencernaan.

Seseorang yang terinfeksi bakteri Salmonella Thypi ditandai dengan gejala demam. Selanjutnya mulai bermunculan gejala lain seperti influenza, nyeri kepala, nyeri perut, batuk kering, diare, dan lidah kotor. Demam akan meningkat secara progresif pada minggu kedua dan mencapai 39-40 derajat celsius (Gani, dkk. 2014)

Menurut data dari World Health Organization tahun 2014 jumlah penderita tifus di seluruh dunia mencapai 16-33 juta penderita dengan kematian 500.000-600.000 tiap tahunnya.

Negara yang paling tinggi terkena tifus adalah kawasan Asia Tengah dan Asia Tenggara, salah satunya adalah Indonesia.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menyebutkan bahwa penyakit tifus semakin meningkat pada anak berusia 5-14 tahun yaitu 1,1% diikuti oleh rentang usia 15-24 tahun yaitu 0,9% termasuk mahasiswa didalamnya.

Mahasiswa seringkali tidak menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang berkaitan erat dengan sanitasi dan higiene.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sanitasi adalah usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan terutama kesehatan masyarakat, sedangkan higiene adalah ilmu tentang kesehatan dan berbagai usaha untuk mempertahankan atau memperbaiki kesehatan.

Pola hidup mahasiswa yang tidak menerapkan sanitasi dan higiene berhubungan dengan pola makan. Mahasiswa seringkali tidak memperhatikan kebersihan dari makanan yang dikonsumsi. Hal ini tentu saja menjadi faktor utama sebagai pemicu kejadian tifus karena makanan yang tidak bersih sangat mudah terkontaminasi oleh bakteri Salmonella Thypi.

Faktor lainnya adalah aktivitas mahasiswa yang sangat padat sehingga pola makan tidak teratur.

Mahasiswa seringkali terlambat makan bahkan melewatkan jam makan. Kepadatan aktivitas ini juga yang membuat pola tidur mahasiswa menjadi tidak teratur.

Pola hidup yang tidak baik inilah yang kemudian saling berkontribusi sehingga daya tahan tubuh mahasiswa rendah dan mudah terinfeksi penyakit.

Kerapnya kejadian tifus pada mahasiswa membuat mahasiswa mengabaikan penyakit ini. Padahal, penyakit tifus pada mahasiswa sangat bisa dicegah.

Pencegahan penyakit tifus dapat dilakukan dengan peningkatan hygiene, peningkatan sanitasi lingkungan, dan tentunya menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *