by

Mengagetkan, Afifah Alia Ternyata Ketua Baitul Muslimin Kota Depok

Afifah Alia

Depokraayanews.com- Ternyata banyak yang tersembunyi di balik sosok Hj. Afifah Alia, ST yang belum banyak diketahui publik.

Selama ini, Afifah hanya dikenal sebagai seorang pengusaha properti dan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan pernah menjadi Calon Anggota Legislatif (Caleg) dari PDIP.

Yang mengagetkan, Afifah Alia ternyata Ketua Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) Kota Depok.

Sejak muda sudah sangat dekat dengan kalangan NU. Begitu juga bagi keluarga besar Afifah Alia mulai dari orangtua dan adik-adiknya. Sejak muda Afifah dan keluarganya sudah aktif ikut pengajian di Muslimat NU.

Tidak heran kalau kemudian Afifah Alia sangat mudah diterima ketika bersilaturahmi ke markas Muslimat NU baik di DPC maupun di 11 PAC Musmimat NU.

“Kalau datang ke lingkungan Muslimat NU, saya seperti pulang ke rumah sendiri, karena sejak lama saya sudah bergaul dan berkumpul bersama teman-teman di Muslimat NU,” kata dia.

Afifah juga gampang diterima di komunitas lain karena sosoknya yang bersahaja. Meski merupakan yang paling kaya dibanding paslon lain di Pilkada Depok, Afifah tampil apa adanya.

Kemana-mana selama masa kampanye Afifah hanya ditemani 3 orang staf dan baru bertemu dengan timses di lokasi acara. Tidak ada pengawalan apa-apa.

Afifah tidak canggung duduk di tengah warga yang berada di lokasi perkampungan yang belum tertata, masih jalan tanah dan masuk gang jalan setapak. Bahkan tidak canggung kalau harus berbicara di pinggir jalan yang lalulintasnya padat.

“Saya senang turun ke lapangan seperti ini, yang belum pernah saya lakukan ketika saya berprofesi sebagai pengusaha. Saya ingin melihat langsung bagaimana potret masyaakat Kota Depok sesungguhnya,” kata Afifah.

Kini, setiap hari Afifah berjalan dari satu kampung ke kampung lain. Masuk gang ke luar gang. Dari satu komplek perumahan ke komplek perumahan lain.

“Jujur saya senang dan saya nikmati. Meskipun sehari saya berkunjung ke 12 tempat mulai dari jam 7 pagi, sampai menjelang tengah malam,” kata dia.

Karena sudah banyak bertemu warga dan melihat potret lingkungan pemukiman warga, kini Afifah sudah punya bahan banyak untuk dibicarakan.

Berbeda ketika pertama Afifah diberi mandat oleh PDIP sebagai Calon Wakil Walikota Depok. Ketika itu tampilan Afifah sangat kaku dan kekurangan bahan untuk disampaikan.

Tentu berbeda dengan calon pasangannya Pradi Supriatna karena sejak muda aktif di mana-mana. Pembina sepakbola dan anak gaul, kemudian hampir 5 tahun menjadi Wakil Walikota.

“Saya salut dengan Bang Pradi, orangnya baik, gampang bergaul, sangat humanis dan dekat dengan semua kalangan. Bang Pradi tidak membeda-bedakan orang. Kalau bertemu orang, beliau yang menegur duluan. Sangat merakyat,” kata Afifah.

Tidak fair juga kalau kemudian Afifah dibandingkan dengan KH Mohammad Idris, tentu kemampuan berpidato atau gaya berbicaranya berbeda.

Idris berlatar belakang seorang kiai dan dosen yang setiap hari berbicara di depan publik. Apalagi kemudian 5 tahun menjadi Wakil Walikota dan 5 tahun menjadi Wakikota.

Begitu juga dengan Imam Budi Hartono yang sejak Kota Depok berdiri sudah menjadi anggota DPRD. Tentu sudah terlatih berbicara di depan publik puluhan tahun.

Sebagai pengusaha Afifah selama ini lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor dan di lokasi proyek. Tidak terbiasa berurusan dengan masa yang banyak apalagi harus berpidato di depan publik.

Tapi bukan berarti Afifah tidak bisa. Bukan berarti Afifah tidak mampu. Hanya belum terbiasa, tentu perlu penyesuaian.

Apalagi Afifah tipikal pekerja, bukan tipikal pembicara. Tapi kalau dikasih kesempatan berbicara, Afifah langsung pada inti persoalan dan solusi, tidak banyak bunga-bunga, apalagi basa-basi.

“Makanya kalau kami, saya dan Bang Pradi dipercaya memimpin Kota Depok, saya akan lebih banyak merapikan sistem, meningkatkan disiplin supaya kinerja aparatur sipil negara lebih baik lagi,” kata dia.

Sebagai pengusaha, Afifah paham betul pentingnya memberikan pelayanan terbaik kepada pihak lain agar tidak kecewa apalagi sampai sakit hati.

“Pelayanan publik itu harus benar-benar dilakukan dengan baik. Apalagi kita paham bahwa ASN itu sejatinya adalah pelayanan masyarakat. Begitu juga kepala daerah, baik walikota maupun wakil walikota adalah pelayan maayarakat. Jangan dibalik- balik pemahamannya,” kata dia.

Sebagai pengusaha, selama ini Afifah sudah merasakan bagaimana berurusan dengan birokrasi di Kota Depok.

Makanya kalau terpilih menjadi Wakil Walikota, Afifah akan membenahi sistem birokrasi. Bagaimana ASN bisa mengimbangi perkembangan teknologi dengan sistem kerja yang praktis dan efektif.

“Kita harus bisa pastikan berapa lama mengurus izin, berapa lama mengurus KTP, KK dan sebagainya. Masyarakat harus diyakinkan. Kalau ada biaya, harus transparan. Jangan ada lagi biaya di balik biaya,” kata Afifah.

Kalau terpilih kelak, Afifah akan banyak menongkrongi bidang-bidang pelayanan publik termasuk kelurahan dan kecamatan.

“Kelurahan adalah ujung tombak pelayanan puplik. Sebagian besar urusan masyarakat dimulai dari kelurahan kalau di aparatur pemerintahan. Makanya harus dipastikan pelayanan di kelurahan itu benar- benar prima,” tegas Afifah. (red)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *