DEPOKRAYANEWS.COM- Partai NasDem, Partai Demokrat, dan PKS tidak jadi mendeklarasikan ‘Koalisi Perubahan’ pada 10 November hari ini.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno menyebut ada tiga faktor yang membuat koalisi partai pengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) 2024 itu batal.
Faktor pertama adalah persoalan calon wakil presiden (cawapres) pendamping Anies yang belum deal. Partai Demokrat menyodorkan nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Sedangkan PKS menyodorkan nama Ahmad Heryawan (Aher).
“Apakah AHY ataukah Aher yang layak mendampingi Anies. Sangat rasional jika dua partai ini saling berebut cawapres karena posisinya saling mengunci,” kata Adi kepada wartawan, Rabu 9 November 2022.
Sementara NasDem tidak bisa mengusung Anies jika Demokrat atau PKS angkat kaki. Di antara 3 partai ini juga tidak ada yang paling dominan, relatif equel dari segi perolehan pileg 2019 lalu.
Faktor kedua yakni Demokrat dan PKS mulai berpikir coat-tail effect atau efek ekor jas demi menghindari ‘bedol desa’ pendukung yang perlahan hijrah ke NasDem. Menurut Adi, PKS misalnya layak ketar-ketir jika tak bisa majukan Aher karena pemilih Anies yang selama ini ke PKS mulai pindah ke NasDem.
“Sebab itulah, PKS butuh jangkar yang bisa menahan basis pemilihnya agar tak pindah. Begitupun dengan Demokrat, sebagian pemilihnya mulai juga split ke NasDem. Cuma Demokrat diuntungkan figur AHY yang dipersonifikasi bakal maju di 2024. Jadi, bedol desanya bisa dibendung,” kata dia.
Faktor ketiga adalah deklarasi bersama tersebut sengaja diundur mungkin untuk terus mendapatkan eksposur perbincangan publik soal poros perubahan.
“Intinya, merawat stamina gerakan politik supaya terus jadi perbincangan aktual soal pilpres 2024. Semacam spending time guna terus menciptakan momentum politik,” ujarnya.
Menurut Adi, menjadi tantangan serius bagi poros koalisi NasDem, Demokrat dan PKS untuk terus solid membangun ‘Koalisi Perubahan’. Menurutnya, ketiga partai itu harus segera menemukan titik temu jika ingin berlanjut membangun koalisi.
PKS dan Demokrat, kata Adi juga digoda koalisi lain. Misalnya digoda untuk gabung dengan koalisi Gerindra-PKB dengan iming-iming fantastis. Demokrat juga digoda masuk koalisi KIB. Demokrat dan PKS tentu akan rasional pada akhirnya. Akan memilih berkoalisi dengan siapapun yang memberikan keuntungan maksimal. (mad/dtk)
Comment