by

Pasang Surut Perjalanan Persikad

Persikad
Persikad mengalami pasang surut sejak didirikan tahun 1990.

Depokrayanews.com- Persikad adalah Persatuan Sepakbola Indonesia Kota Depok. Atau ada juga sebagian yang menyebut Persatuan Sepakbola Indonesia Kota Administratif Depok.

Kenapa Kota Administratif Kota Depok? Karena ketika Persikad ini didirikan, Depok masih berstatus kota administratif.

Tidak hanya singkatan Persikad, yang berbeda-beda, julukan tim ini juga banyak yakni Serigala Margonda. Kemudian ada lagi Badai Petir dan terakhir tim ini disebut sebagai
Pendekar Ciliwung. Ketiga julukan itu sangat terkesan sangat menakutkan lawan. Tapi sayang prestasinya belum seperti itu.

Persikada adalah klub sepak bola yang berasal dari kota Depok, Jawa Barat. Sekarang Persikad masih bermain di kompetisi Divisi Satu Liga Indonesia

Persikad didirikan oleh Drs. H.Yuyun Wirasaputra,MM pada tahun 1990. Tujuan didirikannya Persikad adalah agar Depok memiliki pemberdayaan mandiri terhadap pembinaan pemain yang berasal dari wilayah Depok.

Dalam perjalanannya, Persikad sempat menjadi tim yang ditakuti karena ketika itu Persikad sempat dihuni oleh pemain-pemain top, sebut saja Yusuke Sasa (Jepang), NNana Onana (Nigeria), dan Jean Paul Boumsong (Kamerun).

Tak hanya itu, Persikad juga dihuni oleh pemain lokal bertalenta seperti Nehemia Solossa (Adik Boaz), Irfan Boax, dan mantan kapten Timnas Indonesia, M Robi.

Sejak PSSI merubah tata kelola sepak bola Indonesia untuk profesional yang diawali dengan pembentukan kompetisi ISL dan juga adanya surat edaran Mendagri No 903/187/SJ yang berisi tentang pelarangan klub profesional menggunakan dana APBD untuk pembiayaan pada kompetisi 2008, membuat Persikad mendadak bangkrut.

Sejak saat itu prestasi Persikad yang dahulu cemerlang karena didukung oleh APBD harus terlontang lantung, terutama dalam perihal pembiayaan pemain

Dari tahun 2009 hingga 2014, Persikad konsisten berada di Divisi Utama. Pada putaran Divisi utama tahun 2014, Persikad yang tergabung dalam Grup 2 bersama tujuh peserta lainnya seperti : Persih Tembilahan, Persitara Jakarta Utara, PS Bengkulu, Villa 2000, PS Bangka, Persisko Merangin, dan Persikabo Bogor. Persikad berhasil lolos dari degradasi dengan menempati peringkat enam.

Hal ini seperti sebuah keajaiban, sebab di musim 2014 lalu, Persikad tidak sekalipun meraih kemenangan dan beruntung memiliki selisih gol lebih sedikit dari Persitara Jakarta Utara yang terdegradasi (menemani Pesisko bangko) karena berada di peringkat ke tujuh meski sama-sama mengantongi poin lima.

Lolos dari degradasi tak membuat manajemen berbenah, sejak tahun 2009 hingga 2014 masalah keuangan tetap menjadi PR yang tidak pernah selesai dikerjakan oleh pihak pengelola klub.

Krisis finansial parah pun merambat terhadap performa pemain, semenjak Persikad tak lagi berada dibawah wewenang Pemkot Depok dan menjadi PT, Persikad menjadi tim medioker.

Pada tahun 2009, Persikad sempat tertolong dengan datangnya taipan bernama Edy Joekardi yang membeli setengah kepemilikan PT Persikad.

Ia datang sebagai dewa penyelamat dan berjanji mendatangkan pemain bintang dan membangun stadion di Depok.

Bahkan waktu itu, Persikad sempat ingin mendatangkan pemain-permain Persija, seperti Bambang, Aliyudin, Leo dan Ismed.

Namun keinginan tersebut tak pernah terealisasikan oleh Edy yang lebih sering terlibat masalah dengan internal Persikad dan membuat pemain terlantar. Alhasil nama Edy pun menghilang dari kepengurusan Persikad

Padahal sebelumnya Edy Djoekardi berencana menginvestasikan miliaran rupiah untuk membangun tim yang mampu berprestasi sampai kancah internasional, serta untuk membangun insfrastruktur, seperti stadion. Rencananya Stadion Persikad bernama Stadion Merpati. Lokasinya berada di Wilayah Depok Satu

Menyambut musim Divisi Utama tahun 2015, pecinta sepak bola Kota Depok justru dikagetkan dengan dijualnya Persikad Depok ke Pemerintah Purwakarta dengan diakuisisinya klub oleh Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi dan beberapa PNS penggila bola.

Persikad Depok resmi berubah dari klub sepak bola dan menjadi “klub motor” karena melakukan touring ke Purwakarta dan berubah nama menjadi Persikad Purwakarta. Seketika itu juga sejarah panjang sepak bola Depok berakhir. Pemerintah Purwakarta tak hanya mengakuisi Persikad, tetapi merubah sejarah klub itu sendiri.

Jumat siang 20 Februari 2015 menjadi hari berduka bagi penggemar sepak bola kota Depok. Manajemen Persikad Purwakarta meluncurkan logo klub dan juga berubah warna kebanggaan Persikad, dari Kuning-Biru ke Hitam-Putih.

Sepeninggal Persikad yang dijual ke Pemerintahan Purwakarta, sepak bola Kota Depok mati suri.

Hilangnya Persikad dipastikan tidak ada lagi “rumah” sebagai tempat untuk menampung talenta-talenta yang berasal dari Kota Depok, sebab Persikad merupakan satu-satunya klub sepak bola profesional yang ada di Kota ini.

Tapi untung kemudian pada Februari 2016, Persikad berhasil diboyong kembali ke Kota Depok. (ril)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *