by

Pemkot akan Dorong Pengembangan Industri Batik di Depok

Sekdis Perdagangan dan Industri Hestyana bersama staf meninjau industri batik warna alam, Puri Ambary milik Ambar Lulis di Depok.
Sekdis Perdagangan dan Industri Hestyana bersama staf meninjau industri batik warna alam, Puri Ambary milik Ambar Lulis di Depok.

Depokrayanews.com- Sekretaris Dinas Perdagangan dan Industri (Dagin) Pemerintah Kota Depok, Hestyana meninjau tempat pembuatan batik warna alam Puri Ambary milik Ambar Lulis di Tirtayaja, Kecamatan Sukmajaya, Kamis (13/7/2017).

Dalam kunjungan itu, Hestyana didampingi Kepala Seksi Bina Industri Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka Bidang Perindustrian. Sedangkan Ambar yang juga Ketua Komunitas Batik Depok (Kombad) didampingi Sekretaris Kombad, Ratna Septiana Wulandari dan Pembina Kombad, Desfandri.

Dalam pertemuan itu, Ambar menjelaskan proses pembuatan batik warna alam yang cukup panjang, apalagi kalau warnanya lebih banyak. proses pewarnaanya pun berhari-hari. Tidak heran kalau kemudian harga batik warna alam lebih mahal dibanding batik lain.

Karena menggunakan bahan pewarna alam, kata Ambar. maka proses produksi batiknya tidak menghasilkan limbah sama sekali. Bahan dasar pewarna yang digunakan dari bermacam-macam kulit kayu. bahkan termasuk kulit manggis dan kulit rambutan.

“Karena itu di belakang rumah, saya tanam aneka pohon yang bisa digunakan sebagai bahan baku pewarna alam,” kata Ambar sambil menunjukan halaman belakang rumahnya.

Sekdis Perdagangan dan industri Hestyana melihat proses pewarnaan pada batik warna alam milik Ambar.
Sekdis Perdagangan dan industri Hestyana melihat proses pewarnaan pada batik warna alam milik Ambar.

Menurut Ratna, pengusaha industri batik Depok masih sangat terbatas, hanya ada 3-4 orang saja. Belum seperti di Pekalongan, Solo, Madura dan sebagainya yang sudah menjadi sentra ekonomi yang luar biasa. Sebagian besar mereka adalah pengusaha besar dengan modal yang besar sehingga bisa memproduksi batik dalam jumlah banyak.

Kombad, kata Ratna, berharap agar industri batik di Depok bisa dikembangkan dan pengusaha tidak bisa jalan sendiri tanpa dorongan dan dukungan dari pemerintah.

“Kalau saat ini harga batik di Depok dikatakan mahal dibanding batik daerah lain, karena memang prosesnya berbeda. Kami memang melukis sendiri batik satu per satu. kami warnai sendiri, dan itu butuh waktu berhari-hari. Ini yang batik sesungguhnya. Satu batik yang kami produksi pasti tidak akan sama dengan batik yang lain, meskipun itu sama-sama produksi kami, ” kata Ratna.

Yang disebut orang batik dengan harga dibawah Rp 100 ribu itu, sebetulnya bukan batik, tapi hanya corak batik, karena prosesnya bukan dengan dilukis, tapi sudah diprin atau dicetak oleh mesin.

Dalam pertemuan itu, Sekdis menantang agar pembatik Depok bisa menghasilkan batik dengan harga terjangkau supaya bisa dipakai oleh masyarakat luas.

Ambar dan Ratna menyatakan pihaknya siap melakukan itu, bahkan Ratna sudah pernah membuktikan dengan memproduki batik untuk 2.500 karyawan PT Buyer Indonesia.

“Kalau memang ada permintaan banyak seperti itu, kami bisa menjual dengan harga Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu. Bahkan bisa di bawah itu, tergantung permintaan konsumen,” kata Ratna.

Sekdis menyebut, Pemkot Depok, termasuk Dekranasda Kota Depok ingin mendorong dan membantu pengembangan industri batik di Depok. “Kedatangan kami melihat industri batik adalah bagian dari dukungan kami, kemudian melihat apa yang mesti dilakukan pemerintah untuk bisa mendorong industri batik Kota Depok,” kata Hesty,

Dalam pertemuan itu, Desfandri mengusulkan agar Pemkot Depok memfasilitasi industri batik dengan membuat sentra batik dalam satu kawasan. Lahannya, bisa memanfaatkan tanah milik pemerintah yang belum dioptimalkan.

“Di sana dibangun showroom batik yang bisa dikunjungi masyarakat. Kemudian di belakangnya dibuat sentra produksi batik, sehingga bisa menjadi destinasi wisata bagi Kota Depok,” kata Desfandri.

Pola ini, kata Desfandri, bisa dikembangkan di beberapa wilayah kecamatan, sehingga industri batik Kota Depok akan berkembang serentak. Pengusahanya yang sekarang baru 3-4 orang bisa berkembang menjadi puluhan bahkan ratusan orang.

Dengan demikian, industri batik Kota Depok suatu saat akan sejajar dengan Pekalongan, Cirebon, Madura bahkan tidak tertutup kemungkinan seperti Solo. (ril/and)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *