by

Pemuda, Di Mana Posisimu?

Iqbalur Ramadan.
Iqbalur Ramadan.

Oleh;
Iqbalur Ramadan

Orang bijak pernah berkata, “Setiap masa ada tuntutannya, setiap masa ada konsekuensinya, dan setiap masa ada pelaku sejarahnya.”

Rangkaian sejarah kemerdekaan Indonesia telah mencatat dengan tinta emas bagaimana besarnya peran pemuda dalam tiap masanya. Di mana pemudalah yang mengawali sebuah kesatuan gerak tanpa melihat latar belakang suku dan agama, dan pemudalah yang mendesak kemerdekaan untuk segera dideklarasikan.

Selepas kemerdekaan diproklamasikan, kepemimpinan negeri pun berganti sebelum waktunya akibat suara pemuda yang masih jujur melihat keadaan masyarakat yang makin terzolimi situasi.

Begitulah karakter pemuda, selalu fokus dengan apa yang diinginkan walau terkadang harus berbenturan dengan kearifan langkah orang tua.

Ada adagium arab “Himmatus syabab, hikmatus syukhuh” (Semangat Pemuda dan kebijaksanaan orang tua).

Demikian adanya seorang pemuda sesuai tahapannya. Jiwa semangat dan raga yang kuat adalah potensi terbesar pemuda untuk melakukan perubahan besar dalam segala hal.

Namun, bagaimana pemuda saat ini ? keinginan untuk mendapatkan sesuatu dengan mudah telah menjebak pemuda dalam pragmatisme sesaat, untuk tidak lagi bergerak dalam mimpi besar perubahan. Gelora semangat dalam kata dan perbuatan seolah meredup akibat kekhawatiran akan periuk nasi masa depan.

Pemuda yang seharusnya menjadi agen perubahan, telah berakhir menjadi santapan penutup para elite dalam hidangan strategi politiknya.

Jangankan masuk dalam laga utama kepemimpinan, di bangku cadangan pun nama-nama pemuda seringkali tercoret. Hal itu tidak lain karena murahnya posisi tawar suara pemuda.

Di atas kertas, potensi suara dan gerak pemuda selalu diperhitungkan oleh para ahli dan pengamat.

Namun, di lapangan, para pemuda sendirilah yang kerap tidak percaya diri akan kemampuannya, dan menyerah oleh bujukan para pemberi harapan palsu

Media anti-mainstream yang seharusnya menjadi corong utama gagasan pemuda lebih banyak berperan sebagai sarana _infotainment diri tanpa narasi dan gagasan. Bahkan cenderung terjebak menjadi kreator hoaks tanpa paham konsekuensi fatal yang diakibatkannya.

Tiap tahun kita merayakan Hari Sumpah Pemuda, namun refleksi akan posisi pemuda selalu sama bunyinya dari tahun ke tahun.

Akankah bunyi ini kita biarkan sama sampai bumi hilang ditelan masa? Akankah potensi besar itu tetap tumbuh dalam kekerdilan abadi? Bagai bonsai yang rutin dipangkas agar tetap manis namun tidak pernah menghasilkan buah.

Seorang sahabat pernah memberi nasehat, “Jika sebuah telur dipecahkan oleh kekuatan dari luar, maka kehidupan di dalam telur akan berakhir.

Tapi, jika sebuah telur dipecahkan dari dalam, maka KEHIDUPAN BARU telah LAHIR.”

Setidaknya ada 3 hal yang harus lahir kembali dari dalam diri pemuda yakni, Perubahan, Semangat dan Kemandirian.

Perubahan sarat dengan muatan visi, gagasan, kepedulian dan harapan. Sementara semangat memiliki aksioma optimisme dan proaktif. Sedangkan kemandirian mewakili muatan kritisisme dan nalar.

Ketika ketiga hal ini muncul dari dalam diri pemuda dan menjadi kesadaran kolektif, serta dibarengi oleh semangat kebersamaan dalam langkah dan gerak, maka posisi pemuda akan kembali diperhitungkan sebagai motor penggerak perubahan menuju yang lebih baik.

“Sesungguhnya الله tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sampai kaum itu mau mengubah diri mereka masing-masing.”

Semangat Sumpah Pemuda

28 Okt 2017

Iqbalur Ramadan
Ketua 3 BKPRMI Kota Depok

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *