by

Pola Komunikasi Guru dengan Anak Didik di Sekolah Perlu Diubah

Sekdis DPAPMK Erry Sriyanti ketika membuka pembekalan terhadap para kepala SMP dan SMA di Depok.
Sekdis DPAPMK Erry Sriyanti ketika membuka pembekalan terhadap para kepala SMP dan SMA di Depok.

Depokrayanews.com- Sekretaris Dinas Perlindungan Anak, Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga (DPAPMK), Erry Sriyanti mengajak kepala sekolah dan guru untuk merubah pola komunikasi dengan anak didik di sekolah.

Pola-pola lama, apalagi dengan mememarahi dan menjewer telingga anak didik yang beraalah, sudah tidak seharusnya lagi terjadi.

“Kalau komunikasi dengan anak didik dengan pendekatan persahabatan akan tercipta karakter yang baik,” kata Erry Sriyanti ketika membuka acara Pembekalan Sekolah Ramah Anak dan Forum Anak Kota Depok, Rabu (1/11/2017).

Acara yang diselenggarakan Bidang Tumbuh Kembang dan Pengembangan Kota Layak Anak DPAPMK itu diikuti sekitar 100 kepala SMP dan SMA se Kota Depok.

Menurut Erry, anak didik memang tidak dibiarkan apa adanya. Tapi sistem yang diterapkan jangan sampai merusak saraf yang berkembang.

Pemkot Depok menargetkan Tahun 2021, Kota Depok sudah bisa menjadi Kota Layak Anak. Untuk mencapai target itu perlu kerjasama dan dukungam banyak pihak.

Berbagai program sudah disiapkan, antara lain membentuk RT Ramah Anak, RW Ramah anak, Puskesmas Ramah Anak, Mall Ramah Anak dan Sekolah Ramah Anak.

“Kita ingin semua sekolah menjadi Sekolah Ramah Anak, ” kata Erry. Dalam kaitan itu, DPAPMK mengadakan sosialisasi dan pembekalan bagi kepala sekolah, kemudian dilanjutkan untuk kalangan guru-guru.

Menurut Erry mewujudkan Kota Layak Anak bukan persoalan sederhana dan gampang karena perlu waktu dan persyaratan lain.

“Mewujudkan kota layak anak seperti membangun generasi. Tidak bisa dilihat hasilnya hari ini. Sama seperti anak didik, hasilnya bukan sekarang, tapi nanti ketika mereka sudah sarjana, menjasi dokter menjadi pengusaha dan sebagainya,” kata mantan Kepala SMA Negeri 1 Kota Depok itu.

Kota Solo sebagai pilot project Kota Layak Anak sejak Tahun 2006 hingga saat ini belum merani mendeklarasikan sebagai Kota Layak Anak karena terus dilakukan evaluasi, Kota Layak Anak itu seperti apa.

“Apalagi Kota Depok yang baru mulai Tahun 2011,” kata Erry. Tapi apa yang dilakukan sejak terbitnya Perda Kota Layak Anak Tahun 2011, Kota Depok sudah 3 kali meraih penghargaan.

Pada Juli 2017 lalu, berhasil meraih penghargaan Kota Layak Anak kategori Nindya. Ada 2 langkah lagi untuk benar-benar menjadi Kota Layak Anak.

Kabid Tumbuh Kembang dan Pengembangan Kota Layak Anak DPAPMK Yulia Oktavia menjelaskab Kota Layak Anak di depan kepala sekolah
Kabid Tumbuh Kembang dan Pengembangan Kota Layak Anak DPAPMK Yulia Oktavia menjelaskab Kota Layak Anak di depan kepala sekolah
Kepala SMP dan SMA mendengarkan penjelasan soal Kota Layak Anak.
Kepala SMP dan SMA mendengarkan penjelasan soal Kota Layak Anak.

Hal senada juga ditegaskan Kabid Tumbuh Kembang dan Pengembangan Kota Layak Anak DPAPMK, Yulia Oktavia. “Kota Layak Anak bisa diwujudkan kalau ada dukungan semua pihak,” kata Yulia.

“Kita ingin membangunkan kembali semua lapisan masyarakat agar peduli kepada anak-anak, antara lain melalui sosialisasi, membangun pojok anak. RW Ramah Anak, Puskesmas Ramah Anak, Mal Ramah Anak dan sebagainya,” kata dia.

Yulia menjelaskan betapa mirisnya kondisi yang terjadi saat ini, adanya kekerasan terhadap anak, pelecehan terhadap anak dan sebagainya.

“Ayo, kita gugah kembali agar kita peduli terhadap anak, anak saya anak ibu juga. Kesadaran dan kepedulian ini yang harus kita bangun kembali,” kata Yulia.

Yulia mengingatkan agar perlakuan yang baik harus dilakukan di sekolah, apalagi 1/3 waktu anak-anak ada di sekolah. Guru adalah orangtua anak-anak di sekolah.

“Sebagai kepala sekolah dan guru sudahkan kita terapkan 3S, yakni senyum, sapa dan salam di sekolah ?. Sudahkan kita sambut kedatangan anak-anak di sekolah,” kata Yulia.

Di Depok jumlah anak-anak cukup besar, sekitar 30 persen dari total penduduk Kota Depok yang mencapai 2,1 juta jiwa. “Mau di bawa ke mana anak-anak kita ini kalau tidak kita lindungi dengan baik,” kata Yulia

Yulia juga mengingatkan agar pada jam istirahat ada guru piket karena rata-rata tindak kekerasan atau kejadian aneh lainnya di sekolah, dilakukan pada jam istirahat. Daerah yang paling rawan adalah kamar mandi atau toilet.

Apalagi kondisi kamar mandi atau toilet sekolah tidak terawat dengan baik, pintunya rusak dan sebagainya.

Tahun 2016, di Kota Depok terjadi 131 kasus tindakan kekerasan terhadap anak dan pada tahun 2017 sampai Oktober sudah mencapai 120 kasus

“Ini harus menjadi perhatian kita bersama, termasuk kepala sekolah dan guru-guru,” kata Yulia. (red)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *