by

Prabowo Blak-blakan Kenapa Tidak Lagi Lantang Bersuara

Depokrayanews.com- Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto mengatakan tidak ada yang berubah pada dirinya dalam mencapai cita-cita mewujudkan Indonesia yang adil aman, dan makmur.

Hal itu ditegaskan Prabowo dalam merespons anggapan banyak pihak yang menilai dirinya sudah tidak lantang menyuarakan aspirasi rakyat usai menduduki jabatan Menteri Pertahanan.

“Sebagai pemimpin, kita harus mengerti dan harus tahu peran apa, di saat apa, dengan cara apa,” kata Prabowo dalam bersama DPO Partai Gerindra yang dikutip Selasa 13 Oktober 2020.

Menurut Prabowo, dirinya harus pandai untuk memilih, tetapi nilai-nilai tidak berubah, cita-cita tidak berubah.

Dalam mencapai cita-citanya, Prabowo mengibaratkan seseorang yang ingin bepergian dari Jakarta ke Kota Surabaya.

Ada beberapa opsi jalur yang bisa dilakukan untuk menuju Kota Surabaya baik melalui jalur selatan atau bisa menggunakan jalur utara.

“Tapi ujungnya saya tetap mau ke Surabaya. Jadi nilai dan cita-cita tidak berubah ingin tegakkan suatu negara yang berdaulat, aman, adil, makmur itu tidak berubah. Tapi kita sekarang mengerti peran kita sebagai apa,” kata dia.

Prabowo mengakui, saat masih di luar pemerintahan atau oposisi, dirinya memiliki banyak gagasan untuk memajukan negara.

Prabowo banyak bicara program melalui manifesto di berbagai forum yang melibatkan ratusan hingga ribuan orang mengenai bangsa.

“Kalau kita bicara di forum, kita bicara di depan ribuan orang, kalau kita bicara di depan 100 orang saja kalau kita tidak lantang, ngantuk. Saya kan bekas komandan pasukan, panglima komandan, jadi saya mengerti. Makanya kalau pelatih yang baik itu, ya suaranya lantang supaya anak buahnya enggak ngantuk. Kalau rakyat ribuan kalau saya bicara capek (tidak lantang), kasihan mereka. Jadi saya harus bangkitkan semangat,” kata Prabowo.

Berkenaan dengan sikapnya kini yang dianggap tidak lantang lagi, Prabowo menegaskan hal itu berkenaan dengan jabatannya sebagai Menhan.

Di bidang pertahanan, tidak banyak yang perlu dibicarakan di depan publik karena bersifat rahasia keamanan negara.

“Tapi cita-cita yang saya perjuangkan tidak berubah. Negara kita sudah dari zaman dulu, ratusan tahun sebelum punya Indonesia, nusantara ini diganggu karena kaya. Kita diganggu, dirampok, dijajah, karena mereka anggap kuat boleh ambil yang lemah. Mereka kuat, datanglah Spanyol, Portugis, Belanda, Prancis, Inggris dan seterusnya, kemudian kita diadu domba. Polanya sama, selalu diadu domba,” kata dia. (mad/rmol)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *