by

Remaja Pede, Siapa Takut?

Asisten Bidang Sosial dan Hukum Pemkot Depok Sri Utomo foto bersama dengan Kadia DPAPMK Eka Bakhtiar dan Kabid Tumbuh Kembang dan Pengembangan Layak Anak Yulia Oktavia.

Depokrayanews.com- Banyak cara dilakukan Dinas Perlindungan Anak, Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga (DPAPMK) Pemerintah Kota Depok untuk mendukung program Depok Menuju Kota Layak Anak.

Pada Rabu (14/6/2017) lalu misalnya, Bidang Tumbuh Kembang dan Pengembangan Kota Layak Anak, DPAPMK bekerjasama dengan Forlead menggelar acara sosialisasi edukasi dan psikologi untuk remaja bertajuk, Remaja Pede, Siapa Takut?

Acara yang diikuti 73 anak dari Forum Anak Depok itu dibuka oleh Asisten Bidang Sosial dan Hukum Pemkot Depok, Sri Utomo. Tadinya, Bunda Elly Farida akan ikut menjadi pemateri, tapi karena ada kegiatan mendadak, akhirnya tidak jadi.

Kepala Bidang Tumbuh Kembang dan Pengembangan Kota Layak Anak, Yulia Oktavia mengatakan sasaran kegiatan itu adalah forum anak yang disesuaikan dengan kategori usia yakni anak-anak yang memasuki fase remaja.

“Kita ingin ada motivasi dari anak-anak kemudian digali potensinya, karena sebetulnya anak-anak ini adalah anak-anak yang hebat, hanya saja mungkin selama ini belum banyak dimunculkan,” kata Yulia.

Kabid Tumbuh Kembang dan Pengembangan Layak Anak DPAPMK, Yulia Oktavia.
Kabid Tumbuh Kembang dan Pengembangan Layak Anak DPAPMK, Yulia Oktavia.

Menurut Yulia, di satu sisi akhir-akhir ini muncul berita-berita negative tentang remaja, semisal gang motor dan sebagainya. Tapi di sisi lain, ada anak-anak yang punya potensi yang luar biasa. ‘’Itu yang hendak kami angkat dan kami gali potensinya,’’ kata Yulia.

Kepala Dinas Perlindungan Anak, Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga (DPAPMK), Eka Bakhtiar kegiatan ini adalah untuk mendorong, agar remaja-remaja yang punya potensi itu untuk tampil lebih pede lagi. ‘’Kita ingin membangun percaya diri mereka, sehingga nanti bisa berhasil dalam hidupnya,” kata Eka.

Kegiatan semacam itu, katanya, sangat erat kaitannya dengan 10 program unggulan Walikota Depok Mohamad Idris, yang antara lain membangun kota yang cerdas dan sehat kemudian membangun ketahanan keluarga.

Kepala Dinas Perlindungan Anak Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga (DPAPMK)  Eka Bakhtiar.
Kepala Dinas Perlindungan Anak Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga (DPAPMK) Eka Bakhtiar.

Ketahanan keluarga, kata Eka punya arti yang sangat luas, bagaimana antar sesame di dalam keluarga menjadi harmonis dan komunikasi yang bagus, baik antara anak dan orang tua, maupun antar anak sama anak yang lain.

Pada acara sosialisasi edukasi dan psikologi itu diharapkan memberi dampak yang positif bagi peserta, kemudian bisa diterapkannya dalam keluarga maupun organisasi remaja.

‘’Anak-anak itu pada dasarnya bak belian dan itu harus dijaga dengan baik. Berlian, bersama lindungi anak,” kata Eka. Data statistik dan data Dinas Kependudukan menunjukan jumlah anak (usia 12 tahun sampai 21 tahun) di Depok kini mencapai 700 ribu orang.

Asisten Bidang Hukum dan Sosial Pemkot Depok, Sri Utomo menyorot begitu banyak tantangan bagi remaja, termasuk tantangan teknologi yang bisa berdampak positif maupun negatif.

Sri Utomo menyebut dampak gadget. Anak-anak remaja sekarang lebih asik bermain gadget dibanding membangun komunikasi dengan teman dan lingkungan. ‘’Kalau ini tidak disadari bisa menimbulkan dampak negatif. Misalnya akan muncul sikap individu yang lebih tinggi dan kelompok ini sangat mudah dipengaruhi, apalagi melalui gadget. ‘’Anak-anak remaja, jangan mudah terpengaruh dengan media social seperti facebook, WA, instagram dan sebagainya,’’ kata Sri Utomo.

Kepada remaja Depok, Sri Utomo mengajak untuk lebih mengenali daerah dengan baik. ‘’Jangan sampai kita tidak tahu lebih banyak soal Depok, padahal kita tinggal di Depok. Kalau tidak kenal, bagaimana kita bisa mencintai kota ini,’’ kata Sri Utomo.

Usai dibuka secara resmi, kegiatan dilanjutkan oleh dua pembicara yakni Arif Apriansyah, motivator muda dari Forlead dan Yono Suryatno juga dari Forlead.

Peserta serius mendengarkan motivator Arif Afriansyah.

Menurut Yono, persoalan utama remaja adalah kekeliruan dalam menempuh sebuah kedewasaan. Karena keliru itu, banyak remaja yang kemudian terjerumus pada hal-hal yang negative.

Menjadi dewasa itu, kata dia, terkait dengan pola pikir. Maka persoalan-persoalan yang muncul pada diri remaja adalah belum tumbuhnya kedewasaan diri. Penulis buku remaja itu sudah sering tampil di mana-mana untuk mendorong bagaimana melakukan sebuah akselerasi kedewasaan.

Melalui acara yang dikemas dengan pola sharing ini, Yono berharap anak-anak yang memasuki fase remaja ini menjadi pionir-pionir bahkan menjadi duta yang mampu memberikan percepatan buat remaja-remaja yang lain.

“Harapannya ketika kedewasaan ini sudah muncul, persoalan-persoalan yang banyak hingap pada remaja bisa teratasi. Masalah tawuran, narkoba, pegaulan dan lain-lain,” kata dia.
Dengan tumbuhnya sikap dewasa pada remaja. maka dengan sendirinya mereka bisa memilah dan memilih sehingga berbagai persoalan remaja bisa dikurangi.

Ada 5 konsep yang ditawarkan Yono seperti yang ditulis dalam bukunya yakni:
1. Melakukan akselerasi dari sisi pemahaman spiritual, disitulah sumber-sumber nilai dan prinsip hidup.

2. Jalan untuk membangun sebuah kepemimpinan pada remaja, dengan sarananya adalah organisasi.

3. Faktor keluarga. Yono mengatakan kalaupun ada remaja yang berasal dari keluarga yang kurang harmonis, dengan kedewasaan tersebut justru dialah yang diharapkan bisa menjadi perekat untuk keluarganya.

4. Learning atau proses belajar, yakni bukan belajar yang sekedar dalam arti edukasi dilingkungan sekolah saja tapi juga proses perubahan perilaku yang terjadi karena pengetahuannya.

5. Entrepreneurship, yakni membangun kedewasaan dari sisi kemandirian, tanggung jawab dan sebagainya. Ketika masuk dalam usaha tertentu, tanpa sadar jiwa-jiwa kemandirian itu akan tumbuh dengan sendirinya.

Sementara Arif Apriansyah membuka pembahasannya dengan menampilkan sebuah hasil survey yang dilakukan terhadap 100 anak berusia 25 tahun tentang bagaimana kondisi mereka ketika sudah berusia 65 tahun.

Ternyata dari hasil survey itu, hanya 5 persen yang bisa pensiun dengan memadai. Sisanya, masih harus bekerja keras atau mengandalkan anak atau hidup dari sumbangan orang lain. Menyedihkan memang.

Karena itu, anak-anak harus dipersiapkan secara diri, termasuk membangun percaya diri supaya bisa hidup lebih baik. Arif menyebut paling tidak ada 5 cara untuk bisa sukses yakni membangun spiritual supaya bisa kokoh, terus belajar supaya cerdas, menjaga harmonis keluarga, belajar berorganisasi dan membangun jiwa wirausaha.

Di bagian lain, Arif juga memaparkan hasil survey Komnas Anak di 12 Provinsi dengan responden 4.500 remaja. Hasilnya? Sangat mengkhawatirkan. Yakni 97 persen remaja SMP dan SMA pernah melihat film porno, 62,7 persen remaja SMP sudah tidak perawan lagi dan 21,2 persen remaja SMA pernah melakukan aborsi.

Melihat potret seperti itu, kata Arif, sangat penting untuk terus membangun karakter remaja sehingga proses kedewasaanya jauh lebih baik. Dengan mengembangkan potensi diri kepada hal-hal yang positif secara perlahan, persoalan-persoalan negative bisa diakhiri. (adn)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *