by

Pilkada Depok, Ketika Idris dan Supian Suri Berada di Jalan Berbeda

Depokrayanews.com- Kondisi politik menjelang Pilkada Kota Depok yang akan digelar pada 27 November 2024 mendatang mulai memanas.

Calon Wali Kota Depok yang notabene Sekda Kota Depok nonaktif Supian Suri seperti mulai saling sindir dengan Wali Kota Depok Mohammad Idris dan wakilnya Imam Budi Hartono.

Idris yang masih menjabat sebagai Wali Kota Depok sudah cawe-cawe menyatakan dukungannya kepada Wakil Wali Kota Depok Imam Budi Hartono untuk maju di Pilkada Depok.

Idris yang hampir 15 tahun menjadi Wakil Wali Kota dan Wali Kota Depok di penghujung masa jabatannya tiba-tiba menyebut dirinya sebagai kader PKS. Padahal sejak dulu dia menyebut dirinya bukan orang politik apalagi kader PKS.

Bahkan waktu itu Idris menolak ketika ditawari jabatan sebagai Ketua DPC PKS Kota Depok sebelum akhirnya jabatan itu diserahkan kepada Imam Budi Hartono.

Kini Idris menjadi Ketua Dewan Pakar PKS dan istrinya Elly Farida terpilih sebagai Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dari PKS. Abang kandung Elly Farida juga petinggi PKS.

Kini peta politik diantara 3 pejabat penting (wali kota, wakil wali kota dan sekda) itu jadi berubah total.

Idris sejak awal disebut-sebut akan mendorong Supian Suri maju di Pilkada Depok. Apalagi jika melihat upaya Idris yang memberi karpet merah kepada Supian Suri untuk menapaki anak tangga jabatan dalam waktu singkat, sehingga Supian Suri menjadi Sekda termuda di Indonesia ketika itu.

Idris dan Supian seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Di mana ada Idris, di situ ada Supian. Begitu sebaliknya, di mana ada Supian pasti ada Idris.

Tapi kini kondisinya bak siang dan malam. Idris kini seperti berbalik badan membelakangi Supian Suri.

Hubungan kekeluargaan yang selama ini terjalin erat antara Idris dan Supian Suri bagaikan kena tsunami.

Padahal Idris menyadari bahwa orang tua Supian Suri selama ini dianggap sebagai orangtuanya sendiri. Idris jadi anak angkat orangtua Supian. Kebetulan orangtua Supian adalah lurah ketika itu.

Supian pun menyadari hal itu. Makanya dia selalu pasang badan untuk kepentingan Idris mulai ketika Idris maju sebagai calon wakil wali kota sampai pencalonan Idris untuk periode kedua.

Supian bahkan sempat diperiksa Bawaslu karena dinilai ikut terlibat dalam politik praktis mendukung Idris.

Tapi semua itu bisa hilang dalam sekejap karena kepentingan, karena jabatan dan karena kekuasaan. Tidak peduli apapun posisinya, entah tokoh masyarakat, tokoh pemuda, entah tokoh agama sekalipun, bisa kalap mata.

Posisi Idris memang berada di persimpangan jalan. Apakah harus menjaga “sang ponakan” atau “sang adik” Supian Suri yang ingin maju di Pilkada Depok, atau menyelamatkan sang istri anggota DPRD Provinsi Jawa Barat agar kursinya tidak digoyang-goyang

Di dunia politik, tidak ada hal yang tidak mungkin. Semua bisa berubah seketika. Kalau saja Idris bermain untuk kepentingan Supian Suri, bisa jadi kursi empuk DPRD Elly Farida dialihkan ke yang lain.

Dia bisa direcall karena dianggap tidak loyal, tidak satu garis komando, atau alasan apapun lah bisa dijadikan pembenaran untuk melakukan pergantian antar waktu (PAW). Apakah Idris mau ? Tentu tidak!

Tentu Idris tidak mau istrinya kehilangan kursi DPRD. Apalagi sudah mengeluarkan biaya besar, sudah mengerahkan banyak orang sebagai tim pemenangan.

Tidak heran kalau Idris kini melakukan cawe-cawe, melakukan cara apapun untuk memenangkan Imam Budi Hartono pada Pilkada mendatang.

Supian yang ikut berperan “menjaga” Idris selama ini merasa ada yang tidak adil. Apalagi melihat bagaimana Imam Budi Hartono berkompetisi memperebutkan tiket Pilkada dengan Idris dalam dua kali Pilkada.

Tapi kini Idris dan Imam berada dalam satu barisan. Bahkan Idris bertindak selaku pemimpin barisan. Loyalitas Idris terhadap PKS sangat dipertaruhkan dalam Pilkada Depok kali ini.

DPP PKS tentu akan mengawasi langsung bagaimana sepak terjang Idris untuk memenangkan Imam. Apakah Idris benar benar serius atau tidak. Kalau tidak, tentu kursi Elly Farida yang menjadi taruhannya.

Tidak heran kalau Supian Suri merasa ada yang tidak beres sehingga keadaan berubah luar biasa. Supian benar- benar merasa kecewa dengan realita yang ada.

Ribuan ASN yang tadinya bersama Supian, kini pun berbalik badan. Tidak ada lagi barisan ASN di belakang Supian. Mereka pergi untuk menyelamatkan diri, mereka pergi untuk menyelamatkan jabatan.

Spanduk- spanduk Supian yang ada dekat lokasi acara Lebaran Depok pun dicopot oleh Satpol PP. Mereka berani karena ada yang memberi perintah.

Supian tidak pernah membayangkan kodisi seperti sekarang akan dialaminya. Idris dan Supian Suri kini sudah berada di jalan yang berbeda.

Hubungan kekeluargaan dikorbankan demi kepentingan politik sesaat. Demi menjaga jabatan dan melanggengkan kekuasaan. Kemesraan itu, kini telah berlalu.

Padahal kata Nenek Saimah di Cilodong: Kepentingan Politik Itu Sesaat, Kekeluargaan Selamanya. Kini banyak orang memilih kepentingan sesaat. Itulah politik!. Ada yang bilang, politik itu kejam. Entahlah (red)

1

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *