by

Membangun Karakter Bangsa Harus Dimulai dari Karakter Guru

Walikota Depok Mohammad Idris didampingi Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok,  Mohammad Thamrin.
Walikota Depok Mohammad Idris didampingi Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok, Mohammad Thamrin.

DepokRayanews.com- Walikota Depok Mohammad Idris menyebut membangun kader bangsa harus dimulai dengan membangun karakter guru.

“Jadi, membangun karakter bangsa itu, bukan saja membangun karakter anak anak didik, tapi harus dimulai dengan membangun karakter guru guru,” kata Mohammad Idris pada acara Halal Bihalal Dinas Pendidikan Kota Depok, Senin (21/6/2018).

Menurut Idris membangun karakter guru-guru sangat penting supaya guru bisa menjadi panutan atau contoh.

Pada bagian lain, Idris mengaku pernah dikritik ketika membuat visi Kota Depok yang Unggul, Nyaman, dan Religius, tanpa menyebutkan pendidikan sama sekali. Bahkan ada yang mempertanyakan kenapa Depok tidak disebut sebagai Kota Pendidikan.

“Saya jelaskan, pendidikan bukan segala galanya, Tapi pendidikan adalah awal dari segala galanya. Kota pendidikan bukan sekedar divisikan, tapi sudah harus menjadi urat nadi pembangunan,” kata Idris.

Anak-anak yang dididik saat ini, bakal menjadi pemimpin pada 10 atau 20 tahun yang akan datang. “Ini harus kita persiapkan dari sekarang dengan mendidik anak-anak yang berkarakter dan guru harus bisa menjadi contoh, ” kata Idris.

Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok Mohammad Thamrin mengaku tengah mengembangkan pendidikan karakter di sekolah-sekolah.

Pendidikan karakter itu dimulai dengan disiplin dan tanggungjawab guru. “Sekarang jam kerja guru-guru sudah disamakan dengan ASN non guru yakni 6-7 jam per hari. “Jam kerja guru itu 40 jam per minggu, atau sekitar 6-7 jam per hari, ” kata Thamrin.

Dengan demikian, tidak ada lagi istilah guru datang menjelang pada jam mengajar atau pulang setelah mengajar. Kemudian pada saat libur sekolah diberlakukan sisten piket sehingga di sekolah tetap ada guru yang siap melayani kalau ada orangtua atau murid yang memerlukan.

Kemudian kepala sekolah sudah diberikan bimbingan teknis untuk menyusun RKA untuk kemudian menjadi DPA. “Jadi RKA dan DPA sudah disusun oleh sekolah masing-masing sekolah berdasarkan kebutuhan, bukan lagi berdasarkan jumlah siswa, ” kata Thamrin. (red)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *