by

Pilkada Depok, Membaca Arah Dukungan Mohammad Idris antara Imam dan Supian Suri

Oleh: Despandri
Pemilik Depokrayanews.com

PEMILIHAN Wali Kota dan Wakil Waki Kota (Pilkada) Depok akan berlangsung 27 November 2024 mendatang. Masih lama, tapi hiruk pikuknya sudah mulai terasa. Saling dukung dan saling klaim sudah mengemuka. Bahkan mulai menimbulkan ketidakharmonisan.

Sejumlah nama muncul sebagai bakal calon, termasuk dua orang terdekat Wali Kota Depok Mohammad Idris, yakni Wakil Wali Kota Depok Imam Budi Hartono dan Sekda Kota Depok Supian Suri.

Di luar itu ada nama Ketua DPD Partai Golkar, Farabi El Fouz A.Rafiq, Hasbullah Rahmad dari PAN dan Pradi Supriatna Ketua DPC Gerindra Kota Depok. Hampir tidak ada nama baru, selain Supian Suri.

Bagi Wali Kota Depok Mohammad Idris ini Pilkada kali ini sebuah dilematis yang luar biasa. Kenapa ? Karena ada nama Supian Suri dan Imam Budi Hartono. Sepintas, meski dengan skala yang lebih kecil, posisi Idris hampir mirip dengan Presiden Joko Widodo pada Pilpres 2024 lalu.

Di satu sisi, Imam Budi Hartono, selain Wakil Wali Kota, kini menjadi Ketua DPD PKS Kota Depok. Diakui atau tidak, sudah 15 tahun Idris menikmati ”karpet merah”PKS untuk mulus melaju sebagai Wakil Wali Kota mendampingi Nur Mahmudi Ismail, kemudian dua periode menjadi Wali Kota.

Sejarah juga mencatat, dua kali Imam dan Idris sebagai rival memperebutkan tiket calon wali kota dari PKS.

Ketika maju sebagai calon wali kota pada 2015, Idris dan Imam sama-sama menjadi kandidat kuat. Ketika itu PKS sempat menyiapkan 2 SK yakni untuk Idris dan satu lagi untuk Imam. Tapi kemudian dewan syoro PKS memutuskan Idris yang maju dan berpasangan dengan Pradi Supriatna.

Pun ketika 2019, keduanya juga berebut meraih tiket dari PKS. Tapi akhirnya PKS memilih jalan tengah memasangkan Idris dan Imam, karena sesuai aturan, PKS bisa mengajukan calon wali kota dan wakil wali kota sendiri.

Apakah Idris akan melupakan sejarah itu untuk kemudian mendukung calon lain selain Imam Budi Hartono ?

Lalu bagaimana dengan Supian Suri ? Bagi Idris secara pribadi maupun sebagai wali kota, Supian Suri bukan orang sembarangan. Nama tokoh muda ini sangat kuat di kalangan birokrasi Pemerintah Kota Depok.

Supian Suri adalah pejabat karir yang mulai dari bawah yakni ajudan Wali Kota Depok, Badrul Kamal, ketika itu. Badrul Kamal adalah tokoh Partai Golkar Kabupaten Bogor yang mendapat tugas di Depok.

Ketika Depok dipimpin Nur Mahmudi Ismail selama dua periode, prestasi dan posisi Supian Suri oleh banyak pihak dianggap biasa-biasa saja. Masih di eselon III atau golongan IV.

Begitu juga pada periode kedua Nur Mahmudi Ismail menjadi Wali Kota dan Mohammad Idris menjadi Wakil Wali Kota Depok. Apalagi “hubungan” Nur Mahmudi dan Idris ketika itu kurang harmonis.

Tapi ketika Idris maju sebagai Calon Wali Kota berpasangan dengan Pradi Supriatna pada 2015, sosok Supian Suri mulai kelihatan karena mulai berperan.

Dengan caranya, Supian Suri membantu memenangkan Idris. Bahkan Supian Suri sempat dianggap Bawaslu terlibat aktif dalam Pilkada, meskipun kemudian dinyatakan tidak terbukti.

Ketika Idris memegang pucuk pimpinan tertinggi di Depok, Supian Suri mulai mendapat panggung. Supian Suri dipercaya sebagai Kepala Badan Kepegawaian dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Pemkot Depok.

Kepala BKPSDM jabatan strategis dan penting karena badan inilah yang “menata” SDM di Kota Depok. Siapa, di mana, dengan jabatan apa disusun oleh BKPSDM. Kemudian diusulkan kepada sekda dan wali kota untuk diajukan ke pusat.

Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan, atau Baperjakat nyaris tidak terdengar. Selama Idris menjadi Wali Kota Depok, sering sekali terjadi pergantian jabatan. Bahkan hampir 3 bulan sekali ada rotasi.

Rumus idial yang sering digaungkan Idris ketika pertama jadi wali kota yakni menempatkan seseorang sesuai latar belakang dan kompetensinya, nyaris terlupakan.

Bahkan ketika dilakukan penataan jabatan di Dinas Pendidikan Kota Depok, banyak SDM yang berlatar belakang pendidikan keguruan, dipromosikan jadi lurah. Bahkan kemudian ada yang menjadi camat.

Begitu juga dijabatan kepala dinas. Ada yang berlatar pendidikan keguruan, diangkat sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Dokter gigi menjadi Sekda. Dokter gigi menjadi Camat kemudian ada yang menjadi kepala dinas dan sebagainya.

Ada juga yang berlatar belakang sarjana pendidikan agama kemudian menjadi lurah bahkan menjadi camat.

Kembali ke sosok Supian Suri. Bocah Depok ini sudah pernah memegang sejumlah jabatan penting di Penkot Depok, meskipun sebagai pejabat sementara atau pelaksana tugas. Misalnya Pjs Kepala Dinas PUPR, Kepala Badan Perizinan dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan beberapa Pjs kepala dinas lain untuk mengisi kekosongan.

Jabatan-jabatan itu dipegang Supian Suri ketika dia mejabat sebagai Kepala BKPSDM.

Ketika Hardiono memasuki masa pensiun sebagai Sekda munculah nama Supian Suri sebagai kandidat kuat.

Sesuai prosedur, Idris melalukan lelang jabatan untuk kepala dinas dan sekda. Tapi oleh banyak pihak lelang jabatan, termasuk tes dan sebagainya dianggap sebagai formalitas, karena sebelum diumumkan, sering kali sudah bisa ditebak siapa yang bakal terpilih. Akhirnya banyak yang tidak tertarik untuk ikut lelang jabatan.

Begitu juga ketika lelang jabatan Sekda. Ada beberapa nama yang ikut tes. Tapi kemudian Supian Suri terpilih sesuai dugaan banyak pihak sebelumnya.

Ketika bursa calon wali kota untuk Pilkada 2024 mulai menguat, muncul nama Supian Suri. Dia bahkan kemudian menjadi topik perbincangan sampai ke pedagang pasar, karena ada yang menyeret-nyeret masalah itu sampai ke sana.

Di kalangan birokrasi nama Supian Suri sangat hebat. Tapi di tatanan partai politik nama Supian Suri belum terlalu kuat, karena Supian Suri birokrat bukan politisi.

Beberapa partai sudah mulai melirik Supian Suri meskipun belum terang-terangan menyatakan dukungan. Yang nyaring baru suara dari organisasi masyarakat atau ormas. Mereka memasang spanduk di mana-mana sejak tahun lalu.

Lalu ke mana arah dukungan Wali Kota Depok Mohammad Idris, apakah akan mendukung wakilnya Imam Budi Hartono atau mendukung sekdanya Supian Suri. Bukan persoalan sederhana bagi Idris.

Dalam politik tidak ada hitungan matematika. Logika pun kadang dilupakan. Faktor X sangat menentukan. Apakah ada faktor X pada Imam Budi Hartono dan Supian Suri ?

Jawabannya ada. Imam adalah Ketua DPD PKS Kota Depok saat ini. Bahkan Imam salah satu tokoh pendiri Partai Keadilan (PK) di Kota Depok.Dia pernah menjadi Anggota DPRD Kota Depok dan DPRD Jawa Barat dari PKS.

Diakui atau tidak PKS sangat berperan pada tampilnya Mohammad Idris sebagai wakil wali kota maupun sebagai wali kota selama dua periode. Apalagi abang kandung Elly Farida, istri Mohammad Idris, salah satu tokoh penting di DPP PKS dan pernah menjadi Bendahara DPP PKS.

Apapun tentu PKS tidak mau kehilangan mukanya di Kota Depok sebagai partai berkuasa selama 20 tahun. PKS tentu tidak mau mencalonkan orang lain sebagai Wali Kota Depok, di luar PKS.

PKS pasti akan menggarisbawahi ini sebagai catatan penting bagi Mohammad Idris untuk mendapat perhatian serius

Kecuali kalau mantan Ketua MUI Kota Depok itu akan mengambil sikap seperti Presiden Joko Widodo yang mendorong kader partai lain, atau sosok lain di luar partai yang selama ini membesarkannya.

Lalu bagaimana dengan Supian Suri ? Faktor X nya tidak kalah kuat. Kenapa ? Peran Supian Suri untuk membangun basis jaringan pendukung Mohammad Idris selama ini sangat besar, sejak Idris menjadi wakil walikota.

Kenapa Supian Suri begitu antusias, serius, fokus dan loyal mendukung Mohammad Idris ? Karena keduanya masih punya hubungan keluarga yang sangat dekat. Idris adalah mamang atau paman Supian Suri. Nah !

Tidak gampang bagi Idris untuk mengambil sikap apakah akan mendukung Imam atau Supian.

Meskipun berkali- kali mantan dosen IAIN itu mengatakan bahwa dia bukan seorang politisi, tapi Idris mengerti dan paham apa yang harus dia lakukan.

Beberapa hari lalu, Idris mengaku keseleo menyatakan dukungan kepada Imam Budi Hartono untuk maju sebagai calon wali kota. PKS pun sampai menyatakan terima kasih kepada Idris atas dukungannya itu.

Idris lalu dituding melakukan cawe-cawe. Sempat heboh di mana-mana. Karena itu kemudian Idris meralat pernyataannya dan menyatakan sejauh ini belum memberikan dukungan kepada siapapun. Cawe-cawe menjadi kata yang sangat familiar pada Pilpres 2024 lalu.

Secara pribadi, tentu Idris tidak bisa melupakan jasa Supiah Suri. Begitu juga terhadap jasa PKS yang sudah membesarkan namanya.

Elly Farida, istri Idris terpilih sebagai Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat juga dari PKS.

Tapi, apapun itu, Idris tentu harus bersikap.
Sikap seperti apa? Ini akan ditujukkan Idris pada detik-detik terakhir pelaksanaan Pilkada November mendatang.

Kalau Idris bersikap dari sekarang, tentu akan menimbulkan kegaduhan berkepanjangan yang akan berdampak pada kinerja dan keharmonisan tiga serangkai, Idris-Imam-Supian.

Menurut anda, Idris akan mendukung Imam atau Supian Suri ? Sebenarnya sudah bisa ditebak.**

1

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *